REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pendudukan Israel bagian utara desa Ghajar di Dataran Tinggi Golan, Lebanon mendapatkan perlawanan. Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan, Lebanon tidak akan menyerahkan desa itu kepada Israel. Dia mengatakan membebaskan Ghajar adalah tanggung jawab rakyat, negara, dan perlawanan Lebanon.
“Israel berencana untuk sepenuhnya menduduki desa Ghajar sebagai tanggapan atas tenda yang dipasang Hizbullah di perbatasan,” kata Nasrallah dikutip dari Anadolu Agency.
Sikap ini disampaikan dalam pidato yang disiarkan televisi untuk memperingati 17 tahun perang 34 hari antara Lebanon dan Israel pada 2006. Dia menegaskan, Israel telah selesai membangun tembok yang menggabungkan bagian utara Ghajar dan mengubahnya menjadi kawasan wisata.
“Sekitar satu tahun, Israel telah membuat persiapan untuk membangun pagar di sekitar kawasan ini. Seluruh komunitas internasional tetap diam," ujar Nasrallah.
Nasrallah menegaskan, perbatasan darat antara Lebanon dan Israel sudah jelas dan tidak perlu digambar ulang. Dia menunjukan masalahnya berasal dari pendudukan Israel di wilayah tertentu di Lebanon.
Kementerian Luar Negeri Lebanon memperingatkan dalam sebuah pernyataan pada 4 Juli, bahwa Israel berusaha untuk memperluas zona pendudukan. Tindakan itu jelas melanggar Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB, yang melarang masuk ke bagian utara Ghajar.
Hizbullah mengatakan pada 7 Juli, bahwa Israel telah menduduki seluruh desa. Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib menegaskan kembali pada 10 Juli, bahwa Israel harus mundur dari Ghajar.
Keesokan harinya, pemerintah Lebanon mengeluh kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa Israel telah sepenuhnya menduduki desa tersebut. Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati juga mengumumkan bahwa Israel bertanggung jawab atas 18 pelanggaran di perbatasan.