Jumat 14 Jul 2023 16:16 WIB

Jokowi: Negara ASEAN Butuh Dukungan Negara Maju

Jokowi mendorong negara-negara maju melakukan pendekatan yang saling menguntungkan

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, negara-negara ASEAN yang saat ini sedang berkembang membutuhkan dukungan maju
Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, negara-negara ASEAN yang saat ini sedang berkembang membutuhkan dukungan maju

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, negara-negara ASEAN yang saat ini sedang berkembang membutuhkan dukungan dan pengertian dari negara-negara maju. Jokowi mendorong negara-negara maju dan negara sahabat agar melakukan pendekatan yang saling menguntungkan dengan negara-negara ASEAN.

Hal ini disampaikan Jokowi saat menerima kunjungan kehormatan para Menlu ASEAN di Jakarta, Jumat (14/7/2023).

Baca Juga

"Kami negara-negara ASEAN, negara yang sedang berkembang butuh pengertian, butuh kearifan dan juga butuh dukungan baik dari negara-negara maju dan negara-negara sahabat untuk meninggalkan pendekatan zerosum dan mengambil pendekatan saling menguntungkan," kata Jokowi dalam sambutannya.

Jokowi mengatakan, ASEAN berkomitmen untuk terus memperkuat persatuan dan soliditas serta memperkokoh sentralitas dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. Karena itu, ia mengingatkan ASEAN tidak boleh menjadi ajang persaingan dan tidak boleh menjadi proxy negara manapun.

Selain itu, kata dia, hukum internasional juga harus dihormati secara konsisten. Karena itu, Jokowi mengharapkan kerjasama dan dukungan nyata dari para mitra dan tamu ASEAN.

Lebih lanjut, Jokowi menyebut bahwa ASEAN memiliki potensi besar untuk menjadi episentrum pertumbuhan, baik berupa usia produktif serta kekayaan alam yang melimpah. Pada tahun ini, kata Jokowi, Indonesia memegang keketuaan ASEAN. Posisi ini pun akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kontribusi ASEAN bagi kejayaan Indo-Pasifik dan dunia.

Jokowi meyakini kehadiran para Menlu ASEAN dalam konferensi ini untuk mencari penyelesaian terhadap masalah-masalah kawasan dan masalah dunia, bukan justru sebaliknya. Apalagi sampai memperuncing masalah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement