REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Orang tua calon murid SMAN 2 Kota Bekasi, Budi Ariyanto membantah telah membuat kegaduhan di sekolah tersebut beberapa waktu lalu. Hal itu terkait kisruh Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023 di sekolah tersebut.
Menurut warga Kelurahan Kayuringin, Kota Bekasi Selatan itu, kronologi yang muncul di media tidak seperti kenyataan di lapangan. Dia menegaskan, tidak memicu kekisruhan di SMAN 2 Kota Bekasi. Yang terjadi, ia meminta transparansi pihak sekolah.
Budi mengaku, malah dirinya dibuat kesal oleh Wakil Kepala SMAN 2 Kota Bekasi Solihan. "Ceritanya itu di balik, malah dia yang bentak-bentak saya. Bukan saya yang marah-marah di situ," kata Budi saat dihubungi Republika.co.id di Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (14/7/2023).
Baca: PPDB Bermasalah, Ketua DPRD Desak Sistem Zonasi di Kota Bogor Dirombak
Budi mengatakan, pada saat itu, ia diundang perwakilan SMAN 2 Kota Bekasi. Undangan untuknya terjadi setelah adik asuhannya yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Peduli Pendidikan Nasional (Ardin) menggelar demonstrasi di depan sekolah. "Saya dipanggil sama pihak sekolah," katanya.
Budi menceritakan, kala itu, anaknya sudah mendaftar dan memasukkan semua persyaratan yang dibutuhkan di SMAN 2 Kota Bekasi. Sayangnya, operator sekolah tidak menekan tombol klik sebagai tanda berkas sudah diterima dan disetujui.
"Kronologisnya bahwa anak saya memang dekat rumahnya dengan sekolahan. Jarak titik koordinat sebetulnya di 623 (meter) sesuai yang ditandai tangani di atas materai," ujar Budi.
Dia menjelaskan, anaknya sebenarnya sudah terdaftar di SMAN 2 Kota Bekasi melalui jalur zonasi sejak 26 Juni 2023. Selanjutnya, ada masa perbaikan pada 1 Juli 2023. Ternyata, masalah yang menimpa anaknya muncul. "Dari tanggal itu sampai H-2 pendaftaran anak saya itu belum diklik sama operator," kata Budi.
Baca: Puluhan Warga Geruduk SMAN 10 Kota Bekasi, Protes Sistem PPDB Daring
Titik koordinat rumah malah bergeser jauh ...