REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan tahun ini 50 tahun persahabatan dan kerja sama ASEAN-Jepang. Ia mencatat Jepang negara pertama yang membangun dialog dengan ASEAN. Setengah abad sejak itu, Jepang dan ASEAN sudah bekerja sama.
"Tidak hanya sebagai mitra bisnis tapi juga sahabat baik dengan hubungan dari 'hati ke hati' untuk perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan," kata Hayashi dalam pernyataan, Kamis (14/7/2023).
Hayashi mengatakan seperti tema persahabatan 50 tahun ini "Persahabatan Emas, Peluang Emas" tahun ini merupakan "Kesempatan Emas" untuk memperkuat persahabatan Jepang-ASEAN. Ia juga mengundang pemimpin-pemimpin kawasan untuk datang ke Tokyo dalam pertemuan yang digelar 16 dan 18 Desember.
"Di Pertemuan Puncak, kami ingin menyampaikan pengumuman bersama yang menetapkan visi arah hubungan dan kerja sama Jepang-ASEAN untuk tahun-tahun ke depan," kata Hayashi.
Hayashi juga mencatat pernyataan Deputi Perdana Menteri Thailand Don Pramudwinai dan menteri-menteri luar negeri lainnya yang mengatakan upaya Jepang pada "Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka" (FOIP) telah berkontribusi pada "Prospek ASEAN di Indo-Pasifik" dan mengungkapkan apresiasinya pada kerja sama Jepang di banyak bidang.
"Dan menyampaikan harapannya Pertemuan Puncak yang akan diadakan memberi kesempatan untuk lebih memperkuat hubungan ASEAN-Jepang," kata Hayashi.
Dalam pernyataannya Hayashi mengatakan Jepang dengan konsisten mendukung sentralitas dan persatuan ASEAN. Serta mengimplementasikan banyak proyek kerja sama yang konkrit sesuai dengan empat fokus Jepang di Prospek ASEAN di Indo-Pasifik.
Hayashi juga mencatat Jepang telah mengambil inisiatif-inisiatif di ASEAN termasuk bantuan transisi energi melalui inisiatif "Komunitas Nol Emisi Asia", mendirikan Pusat Inovasi Digital dan Ekonomi Berkelanjutan (ERIA) dan mendukung pendirian dan operasionalisasi Pusat Kesehatan Darurat dan Penyakit Baru ASEAN.
"Dalam "Rencana Baru untuk Indo-Pasifik yang Terbuka dan Bebas" yang diumumkan Perdana Menteri (Fumio) Kishida bulan Maret lalu, dengan jelas ia memposisikan Asia Tenggara sebagai kawasan penting. Ia juga mengumumkan kontribusi baru senilai 100 juta dolar AS ke Dana Integrasi Jepang-ASEAN, dan memperbaharui Inisiatif Konektivitas Jepang-ASEAN," kata Hayashi.