REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Lasmi (50) tahun pedagang nasi liwet di shelter Manahan Solo lebih memilih memakai transaksi manual setelah QRIS menaikkan potongan dari nol persen menjadi 0,3 persen. Ia mengaku merasa keberatan dengan potongan tersebut.
"Kadangkan orang nggak mesti, kalau ada yang cash aku lebih pilih cash. Baru kalau ada kembalian mau ga mau pakai QRIS," kata Lasmi, Jumat (14/7/2023).
Pihaknya mengaku bahwa transaksi yang terjadi di warungnya lumayan banyak yang menggunakan QRIS. Meskipun pihaknya tetap mengikuti kebijakan tersebut namun ia mengaku tak setuju apabila ada potongan sebesar 0,3 persen tersebut.
"Aku lumayan (rame) transaksi per harinya, aku kurang setuju kalau dipotong. Tapi mau gimana lagi, yaudah ngikuti aja," katanya.
Pihaknya juga mengaku keberatan dengan potongan tersebut lantaran juga harus menanggung potongan dari admin. "Ini ada potongan Rp 6.500 katanya admin, la ini mau dipotong lagi? Terus kurang lagi ini? Ini kan tadi ngambil tapi harus ninggal Rp 50 ribu juga," katanya.
"Saya pernah nanya ini potongan apa, ini motongnya 12 ribu per bulan. Ini memberatkan kan jualnya cuma berapa harganya kan yang penting ada isinya di ATM," katanya.
Berharap biaya QRIS ditinjau lagi ...