MAGENTA -- Politikus Rusia meloloskan rancangan undang-undang yang melarang prosedur penggantian kelamin. Versi yang diperketat dari RUU tersebut disahkan dengan suara bulat pada Jumat (14/7/2023) dalam pembacaan ketiga dan terakhirnya di majelis rendah parlemen Rusia, Duma.
RUU itu melarang intervensi medis yang bertujuan mengubah jenis kelamin seseorang serta mengubah jenis kelamin seseorang dalam dokumen resmi dan catatan publik. Satu-satunya pengecualian adalah intervensi medis untuk mengobati kelainan bawaan.
BACA JUGA: 8 Amalan Sunnah di Hari Jumat, Jika Dikerjakan Mendapat Pahala
.
Dalam pembacaan kedua pada Kamis, ditambahkan klausul pembatalan pernikahan di mana salah satu pasangan telah berubah jenis kelamin. Selain itu, melarang orang transgender menjadi orang tua asuh atau angkat.
RUU tersebut harus disahkan oleh Dewan Federasi, majelis tinggi yang dikontrol Kremlin Rusia yang umumnya mengesahkan undang-undang yang telah disetujui Duma. Setelahnya, Presiden Rusia Vladimir Putin bisa menandatanganinya menjadi undang-undang.
Langkah parlemen Rusia tersebut mengguncang komunitas transgender di negara itu dan menuai kritik tidak hanya dari pembela hak LGBTQ, tetapi juga dari tenaga medis.
Direktur Eksekutif Asosiasi Psikiatri Independen Rusia Lyubov Vinogradova menyebut RUU itu misantropis dalam wawancara telepon dengan The Associated Press sebelum pembacaan akhir.
"Prosedur penegasan gender tidak boleh dilarang sama sekali karena ada orang yang menganggap itu satu-satunya cara untuk hidup normal dan menemukan kedamaian dengan diri mereka sendiri," kata Vinogradova, dilansir Aljazirah, Jumat.
BACA JUGA: On This Day: 14 Juli 1789 Penyerbuan Penjara Bastille, Revolusi Prancis tak Terbendung
Melindungi Rusia dari ideologi anti-keluarga Barat...
Ideologi Anti-Keluarga Barat
Anggota parlemen menggambarkan tindakan tersebut sebagai perlindungan Rusia dari ideologi anti-keluarga Barat dan menjaga nilai tradisional Rusia. Beberapa anggota bahkan menggambarkan transisi gender sebagai setanisme murni.
"Keputusan ini akan melindungi warga negara dan anak-anak kita," ujar Ketua Duma Vyacheslav Volodin dalam sebuah pernyataan di media sosial.
BACA JUGA: Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat
.
Dia menunjuk pada apa yang dia gambarkan sebagai tren perubahan gender yang berkembang di Amerika Serikat dan mengklaim ini mengarah pada degenerasi negara. “Ini tidak dapat kami terima,” katanya.
Tindakan keras terhadap orang-orang LGBTQ dimulai satu dekade lalu ketika Putin pertama kali memproklamasikan fokus pada nilai-nilai keluarga tradisional, sebuah langkah yang didukung dengan penuh semangat dan didorong sampai batas tertentu oleh Gereja Ortodoks Rusia.
Pada 2013, Kremlin mengadopsi undang-undang pertama yang membatasi hak-hak LGBTQ. UU ini dikenal sebagai undang-undang propaganda gay yang melarang segala dukungan publik atas hubungan seksual nontradisional di antara anak di bawah umur. Pada 2020, Putin mendorong reformasi konstitusi yang melarang pernikahan sesama jenis.
Seorang psikolog berusia 32 tahun yang memimpin sebuah LSM Rusia membantu orang-orang transgender yang disebut Centre T, Yan Dvorkin, mengatakan sebelum pemungutan suara bahwa dia khawatir kemungkinan peningkatan kasus bunuh diri sebagai akibat dari RUU tersebut. Dia juga mengatakan larangan terapi penggantian hormon juga akan menjadi ilegal sehingga berisiko menciptakan pasar gelap hormon.
BACA JUGA:
▶ 10 Kebiasaan Kecil yang Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental
▶ On This Day: 8 Juni 632 Nabi Muhammad SAW Wafat, Umar Bin Khattab Sempat tak Percaya
▶ Lima Rekomendasi Channel Youtube untuk Olahraga di Rumah, Psst... Ramah untuk Pemula Kok
▶ 6 Rekomendasi Film Romantis Arab, Layak Masuk Daftar Wajib Tonton
▶ Kamu Perlu Tahu, Istilah dalam Dunia Lari