Sabtu 15 Jul 2023 05:25 WIB

Menlu Jepang Kecam Aktivitas Cina di Laut Cina Timur dan Selatan

Jepang akan berusaha membangun hubungan yang konstruktif dan stabil dengan Cina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi mengecam aktivitas Cina baik di Laut Cina Timur maupun di Laut Cina Selatan.
Foto: Bagus Indahono/Pool Photo via AP
Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi mengecam aktivitas Cina baik di Laut Cina Timur maupun di Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi mengecam aktivitas Cina baik di Laut Cina Timur maupun di Laut Cina Selatan. Ia juga menegaskan pentingnya stabilitas dan perdamaian Selat Taiwan dan Jepang mengkhawatir meningkatnya ketegangan di kawasan.

"Upaya mengubah status quo secara sepihak secara paksa tidak pernah ditoleransi di seluruh dunia. Jepang mengecam aktivitas terus-menerus dan semakin intensif Cina dalam mengintervensi kedaulatan Jepang di Laut Cina Timur. Aktivitas koersif dan militerisasi juga berlanjut di Laut Cina Selatan," kata Hayashi dalam pernyataannya, Jumat (14/7/2023).

Baca Juga

Hal ini ia sampaikan usai pertemuan di Pertemuan Menteri Luar Negeri Asia Timur yang dipimpin Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Jakarta. Dalam kesempatan ini Hayashi menyampaikan dukungan sentralitas dan persatuan ASEAN serta Prospek ASEAN di Indo-Pasifik (AOIP).

Ia mengatakan Jepang sudah mengimplementasikan banyak proyek kerja sama konkrit sesuai empat prioritas AOIP. Hayashi juga menegaskan kembali pentingnya mempertahankan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka sesuai dengan peraturan internasional.

Dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan negara lain dalam pertemuan itu mengungkapkan kekhawatiran mengenai Laut Cina Selatan. Menegaskan pentingnya kebebasan navigasi dan terbang, menyelesaikan sengketa sesuai dengan hukum internasional dan stabilitas di Selat Taiwan.

Hayashi juga mengatakan Jepang menentang keras setiap pemaksaan ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia, dan kebebasan dan demokrasi di kawasan harus dipromosikan dan dilindungi. Selain itu kawasan juga menghadapi berbagai tantangan internasional seperti perubahan iklim, lingkungan, kesehatan dan siber.

"Jepang akan berusaha membangun hubungan yang konstruktif dan stabil dengan Cina. Pada akhirnya kami akan menjaga dan menegaskan posisi kami dan meminta dengan keras Cina bertindak sebagai anggota masyarakat internasional. Pada saat yang sama kami terus berdialog dengan Cina termasuk masalah yang menjadi keprihatinan dan bekerja sama pada hal yang menjadi perhatian bersama seperti isu global," kata Hayashi.

Dalam pernyataannya Hayashi juga mengecam keras peluncuran rudal balistik Korea Utara (Korut) pada 12 Juli lalu yang mengancam perdamaian dan keamanan masyarakat internasional. Ia mengapresiasi pernyataan bersama ASEAN yang mengungkapkan kekhawatiran atas peluncuran rudal tersebut.

"Penting bagi masyarakat internasional untuk bersatu dan sepenuhnya mengimplementasikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan untuk mencapai pelucutan nuklir yang lengkap, dapat diverifikasi dan tidak dapat diubah kembali," kata Hayashi.

Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan peserta lain dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri Asia Timur juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai perilaku provokatif Korea Utara dan pentingnya denuklirisasi Semenanjung Korea.

Hayashi mengatakan Jepang juga sangat khawatir dengan situasi kekerasan di Myanmar. Ia menambahkan Negeri Sakura akan terus memberikan bantuan kemanusiaan dan memberi dukungan penuh agar Myanmar mengimplementasikan konsensus lima poin ASEAN.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement