REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH — Kementerian Haji dan Umrah di Arab Saudi telah menganugerahi Kepresidenan Urusan Agama (Diyanet) dengan penghargaan juara pertama dalam kategori "Organisasi Haji yang Memberikan Layanan Paling Beragam kepada Jemaah."
Kepala Diyanet Ali Erbas menerima penghargaan dari menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Tawfiq bin Fawzan Al Rabiah. Erbas menghadiri "Upacara Penghargaan Lebbeytum" yang diselenggarakan oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi untuk pertama kalinya tahun ini di Makkah al-Mukarramah.
Upacara tersebut dihadiri oleh perwakilan dari lebih dari 100 negara, namun hanya 30 negara yang memenuhi kriteria yang ditentukan yang berhak untuk berpartisipasi dalam kompetisi tersebut.
Pertama di antara 30 negara
Sebagai hasil evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mengenai berbagai layanan dan proyek yang diberikan kepada jamaah, Kepresidenan Urusan Agama memenangkan penghargaan pertama dalam kategori "Organisasi Haji yang Menyediakan Layanan Paling Beragam untuk Peziarah" di antara 30 negara yang memenuhi syarat.
Ketua Diyanet didampingi oleh Wakil Presiden Urusan Agama Selim Argun, Dirjen Pelayanan Haji dan Umrah Remzi Bircan dan Atase Pelayanan Keagamaan Makkah Ahmet Oguz.
Kementerian Haji dan Umrah adalah kementerian pemerintah di Arab Saudi yang bertanggung jawab untuk mengawasi fasilitasi layanan penting bagi jamaah yang tiba di negara itu untuk tujuan Haji dan Umrah, termasuk mengawasi transportasi dan pergerakan aman mereka ke kota suci Makkah dan Madinah al-Munawarah.
Dalam perkembangan lain, Erbas berpartisipasi dalam siaran langsung dari Makkah di Ulke TV. Erbas menekankan Ka'bah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dan merupakan tempat perlindungan yang penting. Dia menyatakan bahwa shalat yang dilakukan di Ka'bah memiliki keutamaan yang lebih besar daripada yang dilakukan di tempat lain.
Erbas menganggap haji sebagai pertemuan tahunan umat Islam, di mana orang-orang dari berbagai bahasa dan ras berkumpul. Ia juga menyebutkan bahwa sebagai Presidensi Urusan Agama Turki, mereka bertemu dengan perwakilan menteri agama dan pimpinan organisasi keagamaan dari negara-negara Islam pada pertemuan yang diadakan di Mekkah tersebut. Dia menyatakan bahwa isu-isu Muslim dan solusi yang diusulkan dibahas, termasuk topik-topik seperti Islamofobia.
“Kami menerapkan sistem pengundian koefisien positif dalam lotere haji,” kata Erbas menjelaskan, menambahkan bahwa di Turki setiap tahun setelah menerima aplikasi haji, pengundian dilakukan untuk menentukan jamaah.
“Dalam pengundian tahun ini, warga yang sudah terdaftar sejak 14 tahun lalu dan belum terpilih kembali mengikuti tahun ini. Beberapa saudara sudah menunggu sejak 2009-10. Kami menyebutnya sistem pengundian koefisien positif, dan ini hanya diterapkan di Turki. Negara lain menerapkan sistem sekuensial. Dalam sistem sekuensial, orang yang mendaftar pertama kali mendapat kesempatan. Misalnya, mereka memberikan tanggal 50-60 tahun ke depan untuk pergi haji bagi orang yang ingin daftar. Sekarang, jika kita memiliki sistem sekuensial seperti itu, kita akan menghadapi situasi yang sama," katanya.
Erbas juga menyebutkan layanan perawatan kesehatan yang diberikan kepada semua jamaah oleh Kepresidenan Urusan Agama selama periode haji di tanah suci.
“Bagaimanapun jamaah datang, baik melalui Kepresidenan Urusan Agama atau biro perjalanan, mereka semua adalah jemaah kami. Kami berusaha memberikan mereka fasilitas dan layanan yang diperlukan, terutama dalam hal perawatan kesehatan, dengan kemampuan terbaik kami. Karena kesehatan itu sangat penting, dan tidak ada diskriminasi dalam kesehatan," ujarnya dilansir dari Daily Sabah, Sabtu (15/7/2023).
Sumber: