REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, telah menawarkan tentara bayaran Wagner kesempatan untuk terus berjuang dengan bergabung angkatan bersenjata. Tawaran itu dilakukan beberapa hari setelah percobaan pemberontakan oleh pasukan khusus tersebut. Namun, tawaran itu ditolak oleh pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin.
"Semua bisa berkumpul di satu tempat dan terus mengabdi. Tidak ada yang akan berubah untuk mereka. Mereka akan dipimpin oleh orang yang sama (Prigozhin) yang menjadi komandan mereka yang sebenarnya selama ini,” kata Putin kepada harian Rusia Kommersant pada Kamis (13/7/2023) malam.
Putin mengatakan, banyak orang mengangguk ketika mendapatkan tawaran dalam pertemuan di Istana Kremlin pada 29 Juni. “Namun Prigozhin, yang duduk di depan mereka dan tidak melihat ini, berkata, setelah mendengarkan, tidak, orang-orang tidak setuju dengan keputusan ini,” ujarnya dikutip dari Anadolu Agency
Putin mengatakan para anggota Wagner ditarik setelah peristiwa pemberontakan pada 24 Juni. “Di satu sisi, pada pertemuan dengan mereka, saya memberikan penilaian tentang apa yang mereka lakukan di medan perang, dan di sisi lain, apa yang mereka lakukan selama peristiwa 24 Juni, layanan lebih lanjut, termasuk di zona perang. Itu saja," katanya.
Menurut Putin, tidak ada badan hukum yang menaungi seperti perusahaan militer Wagner. Dia menekankan tidak ada dasar hukum untuk membuatnya.
"Grup itu ada, tapi secara hukum tidak ada. Ini adalah masalah terpisah terkait dengan legalisasi nyata. Namun ini masalah yang harus dibicarakan di Duma Negara, di pemerintahan. Pertanyaan yang sulit,” kata Putin merujuk pada parlemen rendah Rusia.
Pada 24 Juni, Prigozhin menuduh Kementerian Pertahanan Rusia menyerang para pejuang kelompok itu. Dia pun mendeklarasikan "Pawai Keadilan" dan berangkat menuju Moskow.
Dinas Keamanan Federal Rusia menyebut tindakan kelompok itu sebagai pemberontakan bersenjata dan membuka kasus pidana terhadap Prigozhin. Sementara Putin menyebut pemberontakan perusahaan militer swasta itu sebagai tindakan pengkhianatan.
Prigozhin kemudian berbalik menarik pasukan Wagner untuk menghindari pertumpahan darah. Sejak itu mereka pindah ke Belarusia berdasarkan kesepakatan yang ditengahi oleh Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Presiden Belarusia mengatakan pekan lalu, bahwa pemimpin Wagner tidak berada di Belarusia tetapi di Saint Petersburg, Rusia. Keberadaan Prigozhin saat ini tidak diketahui.