REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Festival Hijryiah Xinjiang yang diselenggarakan Republika akan menyuguhkan berbagai pertunjukan seni dan budaya Muslim Xinjiang. Kegiatan ini dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1445 H.
Komunitas Muslim Uighur Xinjiang memiliki ciri khas dan karakteristik budaya tersendiri. Ini dapat terlihat dari arsitektur masjid-masjid di wilayah itu.
Dilansir MEI.Edu pada Kamis (13/7/2023) bahwa penyebaran agama dan budaya di Xinjiang bertalian kuat dengan perdagangan. Penduduk Uighur adalah orang berbahasa Turki yang berasal dari oasis Lembah Tarim. Mereka adalah Muslim Sunni.
Untuk memahami arsitektur masjid-masjid Uighur yang lebih tua dan kontemporer, seseorang harus melihat ke Sunni Asia Tengah, ke oasis perdagangan besar Bukhara dan Samarkand, di mana identitas Turki dan bentuk budaya Persia terlihat jelas dalam arsitektur monumental.
Baca juga: Jalan Hidayah Mualaf Yusuf tak Terduga, Menjatuhkan Buku Biografi Rasulullah SAW di Toko
Masjid Persia terbuat dari batu bata dan biasanya berkubah, dengan menara silinder tinggi dan halaman tengah yang besar diselingi oleh iwan yang menjulang tinggi yang membentuk serambi tertutup dan portal dengan lengkungan runcing.
Sejak zaman Timurid, mereka telah memasukkan kubah ogival yang dilapisi ubin berlapis kaca yang cemerlang. Pishtaq menandai pintu masuk, fasad tinggi membingkai iwan melengkung runcing, itu sendiri dibingkai oleh menara ramping.
Di antara masjid-masjid awal di Tiongkok, hanya masjid batu di Quanzhou yang masih mempertahankan fasad masuk yang monumental tersebut, meskipun beberapa masjid Hui modern telah mengadopsi ciri-ciri gaya tersebut dalam fasad yang dibangun kembali.