Ahad 16 Jul 2023 07:30 WIB

Inilah Sumber Penyimpangan Akidah Al-Zaytun Menurut Mantan Komandan NII KW 9

Al Zaytun diduga bermahzab Muktazillah yang menuhankan akal.

Polisi melakukan penjagaan Mahad Al-Zaytun, Kecamatan Gantar, Kabupaten indramayu, Kamis (6/7/2023). (ilustrasi)
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Polisi melakukan penjagaan Mahad Al-Zaytun, Kecamatan Gantar, Kabupaten indramayu, Kamis (6/7/2023). (ilustrasi)

Oleh: Amirul Mukminin, Mantan Komandan NII KW 9

Dalam berbagai kesempatan video-video yang viral, masyarakat disuguhkan pernyataan kontroversial Panji Gumilang yang menyimpang dari ajaran Islam. Berbagai penyimpangan tersebut karena cara pandangnya yang merasionalisasikan semua penafsiran ajaran Islam.

Shalat bagi mereka adalah aktivitas dalam rangka mewujudkan negara Islam dengan "mencuci otak" sebanyak-banyaknya rakyat Republik Indonesia untuk hijrah ke NII Al-Zaytun. Haji bagi mereka adalah muktamar perwakilan berbagai daerah untuk rapat paripurna menyusun agenda kenegaraan Islam.

Kisah semua nabi dan rasul dengan musuh-musuh mereka dalam Al-Qur'an dirasionalkan dengan keadaan para petinggi Al-Zaytun, yang sejak dahulu hingga saat ini terus mendapatkan tekanan dan serangan dari pemerintah dan rakyat Indonesia yang dianggap jahiliyah.

Semua ajaran Islam yang tidak masuk akal bagi mereka dianggap sebagai amalan yang sia-sia karena tidak memberikan pengaruh langsung dalam kehidupan. Mereka menilai semua itu terjadi karena umat Islam terkungkungnya dalam pemahaman para ulama Ahlussunah wal Jamaah.

Nll Al-Zaytun "memuseumkan" semua pemahaman akidah dan ibadah ulama Ahlussunah wal Jamaah. Mereka telah menuhankan akal yang ditunggangi hawa nafsu di atas wahyu dan hadits. Tafsir mereka berbeda seratus delapan puluh derajat dari ajaran Islam yang dibawa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Mereka berkiblat dengan pola kesombongan dengan berani menolak perintah Allah karena menuhankan akalnya. 

Dalam timbangan akidah Ahlussunah wal Jamaah bahwa sekte Muktazillah adalah sekte yang menuhankan akal. Mereka berpendapat bahwa semua dalil Al-Qur'an dan Al-Hadits jika bertentangan dengan akal, maka yang dimenangkan adalah akal. Karena itu, mereka menggiring semua dalil dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits dengan penafsiran rasionalis-pragmatis.

Inilah sesungguhnya sumber akidah NII Al-Zaytun. Yang para ulama Ahlussunah wal Jamaah menamakannya dengan ilmu kalam. Yakni, orang-orang yang bersandar pada akal dalam menetapkan perkara-perkara akidah dan ibadah. Yang di tengah masyarakat lebih familier dengan sebutan ilmu filsafat.

Lanjut pada tulisan berikutnya

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement