REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menulis buku harian tidak hanya baik untuk mencurahkan isi hati, tetapi juga bisa membantu menangkal demensia. Hal itu terungkap dalam sebuah penelitian yang digagas oleh tim dari Monash University di Melbourne, Australia, dan diterbitkan di jurnal Jama Network Open.
Demensia adalah istilah umum untuk menggambarkan kategori gejala yang ditandai dengan perubahan perilaku serta penurunan kemampuan kognitif dan sosial secara bertahap. Alzheimer adalah penyebab demensia yang paling umum. Akan tetapi, ada kondisi demensia lainnya, termasuk demensia vaskular, demensia tubuh Lewy, dan demensia frontotemporal.
Berdasarkan temuan studi oleh tim peneliti Australia, kebiasaan menulis buku harian bisa menangkal demensia. Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan sastra apa pun juga lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan demensia di usia senja.
Dikutip dari laman Daily Mail, Ahad (16/7/2023), tim periset menganalisis data dari 10.000 orang yang tinggal di Australia, berusia di atas 70 tahun dan diikuti selama sekitar 10 tahun. Orang yang lebih banyak mengambil bagian dalam kegiatan literasi, seperti membuat jurnal, menulis surat, atau membuat tulisan apa pun menggunakan komputer berisiko 11 persen lebih kecil mengidap demensia.
Sementara itu, aktivitas mental aktif seperti bermain gim, kartu, catur, menyelesaikan teka-teki, atau mengisi teka-teki silang juga dikaitkan dengan penurunan risiko demensia sebesar sembilan persen. Para peneliti juga menemukan manfaat aktivitas artistik.
Sebut saja memahat kayu, pengerjaan logam, melukis, atau menggambar, serta aktivitas mental pasif seperti membaca koran atau mendengarkan musik. Semua itu menurunkan risiko terkena demensia sebesar tujuh persen. Di sisi lain, tim menemukan bahwa tamasya dan interaksi sosial tidak berpengaruh apa pun. "Hasil ini menunjukkan bahwa keterlibatan dalam keaksaraan orang dewasa, seni kreatif, dan aktivitas mental aktif dan pasif dapat membantu mengurangi risiko demensia di usia lanjut," kata para peneliti.
Mereka merekomendasikan orang dewasa yang lebih tua untuk menerapkan gaya hidup tersebut, sebab dapat membantu mencegah demensia melalui modifikasi rutinitas sehari-hari. Gaya hidup yang diperkaya dengan aktivitas santai yang beragam dapat memberi manfaat kognitif, merangsang pertumbuhan neuron dan sinapsis, serta meningkatkan kesejahteraan mental.
Tim menambahkan bahwa temuan mereka diharap dapat membantu memandu kebijakan untuk perawatan geriatri dan intervensi yang menargetkan pencegahan demensia untuk orang dewasa yang lebih tua. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 50 juta orang dengan demensia secara global, dan ada hampir 10 juta kasus baru setiap tahun.
Sebuah studi pada 2021 memperkirakan bahwa kasus demensia global akan mencapai lebih dari 152 juta pada 2050, didorong oleh populasi yang menua. Peningkatan prevalensi demensia tertinggi diproyeksikan terjadi di Afrika sub-Sahara timur, Afrika Utara, dan Timur Tengah.