Ahad 16 Jul 2023 19:25 WIB

Teknologi AI, Ancaman atau Peluang untuk Seniman?

Ada pro dan kontra terhadap teknologi AI untuk seniman.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Keterampilan mendongeng secara visual sangat penting bagi seniman Webtoon profesional. Namun, kemajuan teknologi kecerdasan buatan telah menantang industri ini/ilustrasi
Keterampilan mendongeng secara visual sangat penting bagi seniman Webtoon profesional. Namun, kemajuan teknologi kecerdasan buatan telah menantang industri ini/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL---Keterampilan mendongeng secara visual sangat penting bagi seniman Webtoon profesional. Namun, kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mampu membuat gambar dan teks telah menantang industri seniman Webtoon dengan cara yang fundamental.

Webtoon, sejenis komik digital yang dibaca di smartphone, tablet, dan PC, telah muncul sebagai konten seluler global. Webtoon lebih mudah diproduksi dan didistribusikan daripada komik kertas tradisional. Sementara generasi baru seniman Webtoon menggunakan aplikasi untuk ilustrasi alih-alih pena dan kuas yang digunakan oleh kartunis tradisional, mereka sekarang bingung apakah akan menggunakan alat bertenaga AI generatif atau memboikotnya untuk mempertahankan “wilayah” mereka.

Baca Juga

Inti dari perdebatan terletak pada pertanyaan, apakah AI akan mengubah atau mengganggu industri? Dilansir Yonhap News pada Ahad (16/7/2023), mereka yang pro  mendukung penggunaan alat AI untuk mengurangi beban kerja seniman Webtoon yang berat, serta hambatan yang lebih rendah bagi pendatang baru dengan ide-ide kreatif. Sementara itu, seniman yang menolak kemajuan kecerdasan buatan itu menyatakan keprihatinan atas orisinalitas gambar yang dihasilkan AI dan pelanggaran hak cipta.

Sejalan dengan tren terbaru, perusahaan teknologi besar lokal Naver Corp. dan Kakao Corp. telah meluncurkan layanan bertenaga AI baru dengan memanfaatkan sejumlah besar gambar yang tersedia di platform mereka. Pada 2021, platform Webtoon terkemuka di Korea, Naver Webtoon merilis "Webtoon AI Painter" atau perangkat lunak lukisan digital otomatis untuk memungkinkan pemula membuat webtun mereka sendiri dan membantu para ahli menghemat waktu.

Perusahaan juga telah mengembangkan "Webtoon Me Project" yang menerapkan teknologi pembelajaran mendalam untuk mengonversi foto dan gambar aksi langsung menjadi karakter dan latar belakang webtun. Pada Oktober, Kakao Brain (Kakao AI) memperkenalkan "B^ DISCOVER" atau sebuah aplikasi pembuat gambar yang didukung oleh model AI generatif Karlo. Pada Maret, perusahaan ini meluncurkan layanan beta terbuka dari versi webnya, "B^ EDIT”.

Pembuat Webtoon dan kartunis menunjukkan reaksi beragam atas teknologi terbaru. Kartunis veteran Lee Hyun-se telah bekerja sama dengan sebuah perusahaan kartun Korea, Jaedam Media untuk memperlajari AI sejak Oktober. Lee telah membuat lebih dari 4.000 kartun yang selama 44 tahun.

Memulai debutnya pada 1978, Lee yang berusia 67 tahun adalah salah satu kartunis terkemuka di generasinya yang dikenal dengan beberapa serial komik kertas, termasuk "A Takutting Team" (1982), "Nambul: War Stories" (1993), dan "Armageddon " (1995). Lee mengakui manfaat menggunakan alat AI untuk meningkatkan produktivitas pencipta dan mengungkapkan harapan bahwa proyek AI akan dapat menciptakan gaya karyanya di masa depan.

“Saat layar digunakan untuk membuat efek latar belakang selama era komik kertas, dan alat 3D muncul di era komik digital. Ada kekhawatiran seniman akan menghilang, tetapi mereka mengatasi semuanya. Saya rasa AI pada akhirnya akan menjadi alat kreatif bagi seniman,” kata Lee.

Sementara proyek AI Lee telah berjalan dengan izin dari pemilik hak cipta, artis Webtoon lain mengungkapkan kekhawatiran bahwa proses pembelajaran AI mungkin dapat melanggar hak cipta mereka. Mereka berpendapat gambar AI rentan terhadap tuduhan plagiarisme, karena AI mencari dan mensintesis gambar yang ada dari kumpulan data yang sangat banyak tanpa persetujuan dari pembuat aslinya.

Kekhawatiran mereka diperlihatkan kepada publik ketika bagian Naver Webtoon untuk kartunis amatir dibanjiri logo "AI Webtoon Boycott" pada awal Mei, dengan dukungan lebih dari 200 kartunis.

Artis yang berpartisipasi mengemukakan kekhawatiran tentang potensi penggunaan karya mereka sebagai data pelatihan AI, mengutip syarat dan ketentuan Naver Webtoon yang menyatakan bahwa unggahan yang diunggah pengguna dapat digunakan untuk tujuan penelitian terkait dengan layanannya.

Pengamat industri mengatakan perdebatan tentang penggunaan AI di webtun datang pada saat yang tepat, karena konsensus sosial diperlukan untuk menghasilkan peraturan yang relevan untuk menangani masalah hak cipta dan etika untuk sektor ini. Seorang profesor di Departemen Komik dan Teknologi Animasi di Sejong University, Han Chang-wan mengatakan penggunaan alat AI akan menjadi tren yang tak terhentikan. "AI akan menjadi tren arus utama. Jika demikian, kita harus mempertimbangkan bagaimana memanfaatkan AI secara efektif di bidang karya kreatif," ujar Han. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement