REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Hujan lebat di seluruh Korea Selatan (Korsel) menyebabkan sekurangnya 35 orang meninggal dunia, 10 orang menghilang, dan 7.866 orang dievakuasi. Hingga Ahad (16/7/2023), belum ada laporan Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Korsel terdampak cuaca buruk di Negeri Gingseng tersebut.
"Hingga saat ini belum ada laporan yang masuk ke KBRI dari warga Indonesia yang terdampak banjir dan longsor di Korsel. Mudah2an tidak akan ada," ujar Wakil Duta Besar RI untuk Korsel, Zelda Wulan Kartika kepada Republika melalui pesan WhatsApp pada Ahad.
Melansir laman Korea Herald, Markas Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Korea memastikan 33 orang tewas setelah hujan deras yang melanda sebagian besar negara sejak 9 Juli. Sebagian besar korban jiwa berasal dari wilayah tenggara negara itu.
Di Provinsi Gyeongsang Utara, 17 orang tewas terutama karena tanah longsor dan perumahan runtuh, diikuti oleh 11 kematian yang dilaporkan di Provinsi Chungcheong Utara. Korban tewas bertambah tujuh selama lima jam pada Ahad pagi, ketika pihak berwenang mulai menghitung jumlah korban tewas terkait dengan banjir underpass di Provinsi Chungcheong Utara dalam perkiraannya.
Sementara itu, Zelda mencatat terdapat lebih dari 47 ribu WNI yang tinggal di seluruh Korsel di berbagai Provinsi dan Kota. Mereka terdiri dari berbagai macam profesi yang tinggal negara yang dipimpin Yoon Suk-yeol itu.
"Per 31 Mei 2023, WNI dengan visa tinggal di Korsel yang lebih dari 1 tahun tercatat mencapai 47.304 orang, terdiri dari para pekerja migran, pelajar/mahasiswa, profesional, dan yang menikah dengan warga lokal/Korea," terang Zelda.
Sebanyak 11 orang dilaporkan hilang akibat banjir underpass di sebuah kota di Korsel. Petugas darurat berusaha mencari orang lain yang diyakini terjebak di underpass banjir.
Setelah pengumuman yang dikeluarkan oleh Markas Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan pada Ahad, dua mayat lagi ditemukan, sehingga jumlah total kematian menjadi 35. Satu mayat diangkat dari underpass banjir di Cheongju, dan yang lainnya ditemukan di Gyeongsang Utara.
Jumlah korban tewas bisa bertambah karena operasi penyelamatan sedang berlangsung di seluruh negeri. Belum termasuk korban hilang atau luka terkait underpass banjir di Cheongju, di seluruh negeri total 10 orang masih buron, sementara 22 luka-luka.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol, yang sedang dalam kunjungan kenegaraan ke Eropa Timur memerintahkan jajarannya dalam menanggapi kerusakan akibat banjir dan tanah longsor karena hujan lebar. "Saya dengan hormat menyampaikan belasungkawa saya kepada mereka yang meninggal karena hujan lebat ini,” kata Yoon.
Dia mengatakan, akan memimpin rapat markas besar keamanan segera setelah dia kembali ke Korea. Yoon juga meminta Perdana Menteri Korsel Han Duck-soo untuk memobilisasi semua tenaga dan sumber daya yang tersedia untuk menanggapi bencana tersebut.
Menurut data Kementerian Pertahanan, 1.239 tentara telah dikirim untuk operasi bantuan. Sementara ada 6.500 tentara di seluruh negeri bersiaga. "Pemerintah akan memobilisasi semua personel dan sumber daya dari militer, polisi, otoritas pemadam kebakaran, dan pemerintah kota untuk melindungi keselamatan rakyat," kata Han dalam pertemuan darurat.
Sementara itu, sebanyak 7.866 orang dari 4.582 rumah tangga di seluruh negeri diperintahkan mengungsi karena banjir di kompleks apartemen mereka atau bendungan terdekat yang meluap. Desa-desa dataran rendah dekat bendungan juga dilaporkan terendam, dengan lebih dari tiga perempat penduduk tidak dapat kembali ke rumah.
Banjir menggenangi tanaman dan jalan sehingga 216 jalan tetap ditutup, sementara 489 jalan setapak di 20 taman nasional ditutup. Sebanyak 149 kasus kerusakan properti publik dilaporkan, termasuk 19 kasus jalan yang hancur atau tersapu air. Sementara itu, 124 kasus kerusakan properti pribadi dilaporkan, termasuk 33 rumah yang terendam banjir.