REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bukan hanya Repsol Honda yang mengalami momen-momen sulit seperti yang dialaminya saat ini bersama Marc Marquez. Yamaha juga pernah merasakan itu, termasuk dengan pembalap andalannya waktu itu Valentino Rossi. Maka dari itu, kesulitan yang dialami Yamaha akhir-akhir ini bukan sesuatu yang baru.
Juara dunia MotoGP 2021 Fabio Quartararo menjadi bagian dari Monster Energy Yamaha pada 2022 dengan kontrak hingga 2024. Namun, Quartarto mengalami kesulitan musim ini dan masih bertengger di urutan kesembilan. Sementara rekan setimnya Franco Morbidelli melorot ke urutan ke-11.
Direktur tim Yamaha Massimo Meregalli mengatakan saat ini Yamaha kembali mengalami masa-masa sulit. Kesulitan yang dialaminya sekarang sama seperti era Rossi dan Mavercik Vinales. Ia mengaku saingannya jauh lebih baik dalam melakukan lompatan besar.
“Aneh melihat tiga pabrik Eropa di atas dan dua [produsen] Jepang mengalami kesulitan. Tentunya kita harus mengambil langkah untuk mengubah metode kerja. Kami sedang bekerja,” ujar Meregalli, dilansir dari Crash, Ahad (16/7/2023).
Menurutnya, timnya harus bisa menyatukan keahlian orang-orang Jepang dan Eropa jika ingin mengungguli rival. Ia mengaku sedang mencoba melakukannya. Ia berharap hasilnya dapat terlihat dalam waktu dekat meski tidak juga tahun ini.
Yamaha identik dengan tahun-tahun kejayaan Valentino Rossi yang mempersembahkan empat gelar juara dunia kelas utama. Namun, Yamaha meminta maaf kepada Rossi setelah 25 balapan tanpa kemenangan antara tahun 2017 dan 2018. Musim ini juga terasa suram bagi Yamaha.
“Yang pasti, ini merupakan awal musim yang sama sekali berbeda dari yang kami harapkan. Kami melakukan beberapa pengujian musim dingin yang bagus, di mana kami puas dengan semua pekerjaan yang telah dilakukan di Jepang,” katanya.
Kendati demikian, Meregalli mengaku telah belajar banyak hal termasuk bagaimana besok membelokka motor dengan mudah. Ia mengatakan Yamaha hanya fokus meningkatkan downforce dan kecepatan. Ia juga mengakui lemah dalam aerodinamika.
“Kami harus melakukan yang terbaik dengan apa yang kami miliki hingga balapan berikutnya, kami harus siap, dengan tim yang kami miliki, untuk memanfaatkan masalah yang dimiliki orang lain, seperti yang terjadi di Austin. Ketika ada kesempatan, itu tidak selalu tercapai karena pembalap kami selalu dipaksa untuk memaksakan diri hingga batasnya dan itu membuat Anda melakukan kesalahan,” katanya.