REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Sedikitnya 2.000 orang telah dievakuasi karena kebakaran hutan yang tidak terkendali di pulau La Palma, Spanyol, pihak berwenang mengatakan pada Sabtu (15/7/2023) waktu setempat. Kebakaran parah itu terjadi ketika Eropa dicengkeram oleh bencana gelombang panas.
Banyak wilayah di Spanyol selatan mengalami suhu terik lebih dari 40 derajat Celcius pekan lalu. Dan suhu yang lebih tinggi lagi diperkirakan akan terjadi pekan depan di Spanyol dan di seluruh Eropa selatan.
Kebakaran di La Palma dimulai pada Sabtu dini hari di El Pinar de Puntagorda, sebuah daerah berhutan di utara pulau Canary. Kebakaran tersebut memaksa warga yang tinggal di wilayah Puntagorda dan daerah tetangganya, Tijarafe itu dievakuasi.
Marcos Lorenzo, wali kota Tijarafe, mengatakan kepada stasiun televisi Spanyol RTVE bahwa orang-orang di desa tersebut dievakuasi ketika api menyebar cepat, tetapi tidak jelas berapa banyak yang benar-benar pergi. Sedikitnya 12 rumah hancur saat api meluas, kata Fernando Clavijo, presiden Kepulauan Canary.
"Jumlah orang yang perlu dievakuasi bisa bertambah. Tergantung apakah kita bisa mengendalikan angin kencang ini," kata Clavijo kepada wartawan di La Palma.
Sekitar 4.500 hektare lahan telah terkena dampak kebakaran, kata pihak berwenang. Tentara Spanyol mengerahkan 150 petugas pemadam kebakarannya untuk membantu kru lokal memerangi kobaran api dan petugas pemadam kebakaran lainnya berdatangan dari pulau tetangga, Tenerife, kata Clavijo.
Empat helikopter dan empat unit pemadam kebakaran di darat berjuang untuk mengendalikan api di pulau itu, yang merupakan bagian dari kepulauan Spanyol di lepas pantai Afrika barat.
Kebakaran hutan ini merupakan krisis alam pertama di pulau tersebut sejak letusan gunung berapi pada September 2021. Lebih dari 2.000 bangunan hancur dan ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka ketika lahar mulai keluar dari gunung berapi Cumbre Vieja. Abu menutupi pulau itu selama berbulan-bulan hingga letusan berakhir tiga bulan kemudian.