REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kota Gaza, salah satu kota tertua dan terpadat di dunia, adalah rumah bagi harta karun arsitektur yang luar biasa, Masjid Al Omari. Masjid kuno seluas 4.100 meter persegi ini tidak hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga menjadi saksi hidup kekayaan dan keragaman sejarah Gaza dan masyarakatnya.
Dilansir di Days of Palestine, Ahad (16/7/2023), masjid ini berdiri di atas reruntuhan kuil Romawi, tempat orang-orang Gaza biasa menyembah berhala di era pra-Kristen. Kuil itu didedikasikan untuk Marnas, dewa hujan dan kesuburan, yang dianggap sebagai dewa pelindung Gaza.
Kuil itu kemudian diubah menjadi gereja Bizantium, dinamai Permaisuri Eudoxia, yang mengirim 42 tiang marmer dari Yunani untuk menghiasinya. Namun, gereja tersebut dihancurkan oleh Persia pada abad ke-7 M. Segera setelah itu, Gaza ditaklukkan oleh tentara Muslim yang dipimpin oleh Amr ibn al-As.
Dia membangun Masjid Al-Umar di lokasi gereja, menggunakan beberapa kolom yang tersisa. Dia menamainya setelah Umar ibn al-Khattab, khalifah kedua Islam, yang mengunjungi Gaza dan berdoa di masjid.
Masjid tersebut menjadi saksi banyak perubahan dan renovasi selama berabad-abad, karena Gaza diperintah oleh berbagai dinasti dan kerajaan. Tentara Salib mengubahnya menjadi gereja lagi, disebut Gereja Saint John, yang masih ada di dalam masjid sebagai basilika.
Mamluk mengembalikannya ke masjid dan menambahkan perpustakaan yang berisi ribuan buku dan manuskrip. Utsmanuyah memperluasnya dan menambahkan fitur baru seperti iwan (ruang berkubah) dan menara.
Masjid selamat dari perang, bencana alam, seperti gempa bumi dan banjir, tetapi juga mengalami kerusakan dan kehancuran. Kemudian dipugar beberapa kali oleh otoritas lokal dan tokoh agama, yang mempertahankan gaya dan karakter aslinya. Masjid ini masih digunakan sampai sekarang, dan menarik pengunjung dari seluruh dunia yang mengagumi keindahan dan sejarahnya.