Senin 17 Jul 2023 20:55 WIB

Bagaimana Nasib Koridor Biji-bijian tanpa Rusia?

Belum diketahui bagaimana nasib pengiriman biji-bijian setelah Rusia mundur.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kesepakatan Koridor Gandum Laut Hitam berakhir pada Senin (17/7/2023). Belum diketahui bagaimana nasib pengiriman biji-bijian setelah Rusia mundur.
Foto: AP
Kesepakatan Koridor Gandum Laut Hitam berakhir pada Senin (17/7/2023). Belum diketahui bagaimana nasib pengiriman biji-bijian setelah Rusia mundur.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia telah menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan biji-bijian melalui Laut Hitam yang ditengahi oleh PBB dan Turki. Kesepakatan yang dicapai pada Juli tahun lalu itu bertujuan untuk meringankan krisis pangan global.

Rusia mengatakan, komitmen dalam kesepakatan itu untuk menghilangkan hambatan ekspor makanan dan pupuk dari Rusia belum terpenuhi. Dalam kesepakatan biji-bijian itu Moskow menuntut agar Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) dikembalikan ke sistem pembayaran SWIFT.

Baca Juga

Tuntutan lainnya yaitu dimulainya kembali pasokan mesin dan suku cadang pertanian, serta pencabutan pembatasan asuransi dan reasuransi. Termasuk dimulainya kembali aliran pipa amoniak Togliatti-Odesa, serta pembukaan blokir aset dan rekening perusahaan Rusia yang terlibat dalam ekspor makanan dan pupuk.

Apakah koridor pengiriman biji-bijian dapat berlangsung tanpa Rusia?

Kesepakatan ini berakhir pada Senin (17/7/2023). Belum diketahui bagaimana nasib pengiriman biji-bijian setelah Rusia mundur. Premi asuransi risiko perang tambahan, yang dibebankan saat memasuki wilayah Laut Hitam, akan naik dan pemilik kapal terbukti enggan mengizinkan kapal mereka memasuki zona perang tanpa persetujuan Rusia.

Sumber industri asuransi mengatakan, pengaturan perlindungan dapat berubah dengan cepat. Polis asuransi risiko perang perlu diperbarui setiap tujuh hari untuk kapal, dengan biaya ribuan dolar.  

Apakah koridor biji-bijian dibutuhkan ketika panen di Ukraina menurun?

Ekspor biji-bijian Ukraina diperkirakan akan turun pada musim 2023/2024 setelah perang. Dengan demikian, petani menanam lebih sedikit jagung dan gandum.

Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) memperkirakan ekspor jagung akan turun menjadi 19,5 juta ton, atau turun dari musim sebelumnya yaitu 28 juta ton dan jauh di bawah rekor 30,3 juta ton yang dikirim pada musim 2018/2019. Sementara ekspor gandum diperkirakan turun menjadi 10,5 juta ton, atau turun dari musim sebelumnya yaitu 16,8 juta ton dan jauh di bawah puncak pengiriman sebesar 21 juta ton pada 2019/2020 yang mewakili 11 persen perdagangan dunia.

Akan tetapi, mengekspor biji-bijian dengan volume yang lebih rendah melalui Uni Eropa bagian timur akan sulit secara logistik dan mahal. Terutama untuk tanaman yang ditanam di wilayah timur Ukraina, yang menghadapi perjalanan panjang dan sulit untuk mencapai perbatasan.  

Apakah Ukrania dapat mengekspor melalui Uni Eropa?

Ukraina telah mengekspor biji-bijian dalam jumlah besar melalui negara-negara Uni Eropa timur sejak konflik dimulai.  Namun, ada banyak tantangan logistik termasuk alat pengukur rel yang berbeda.

Masalah lain adalah aliran biji-bijian Ukraina melalui Uni Eropa timur telah menyebabkan keresahan di antara para petani di wilayah tersebut. Para petani telah mengurangi pasokan lokal dan dibeli oleh pabrik, sehingga membuat mereka tidak memiliki pasar untuk hasil panen mereka.

Akibatnya, Uni Eropa telah mengizinkan lima negara yaitu Bulgaria, Hongaria, Polandia, Rumania, dan Slovakia untuk melarang penjualan domestik gandum, jagung, lobak, dan biji bunga matahari dari Ukraina. Sementara Uni Eropa mengizinkan transit biji-bijian dari Ukraina untuk diekspor ke tempat lain.  

Panen yang lebih besar juga diperkirakan terjadi di Uni Eropa timur pada musim panas ini. Pelabuhan utama seperti Constanta di Rumania diperkirakan akan kesulitan menangani volume biji-bijian yang mungkin akan diterima, sehingga menyebabkan kemacetan dan penundaan pengiriman.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement