REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir menyatakan, pengurangan poin bagi klub Liga 1 maupun Liga 2 yang suporternya didapati melakukan kericuhan bisa mulai diberlakukan tahun depan. Hal itu dikatakan Erick menanggapi kericuhan suporter yang terjadi dalam tiga pekan terakhir.
Kericuhan suporter terjadi dalam laga Persis Solo vs Persebaya Surabaya, PSM Makassar vs Dewa United, dan terbaru Persik Kediri vs Arema FC. Masalah suporter itu masih terus terjadi meskipun sudah ada aturan baru yang melarang suporter tandang.
"Jelas kesepakatannya LIB dan kepolisian dalam dua tahun ke depan tidak ada suporter. Kesepakatan Indonesia dan FIFA pun sama, itu tertulis di surat Presiden Gianni," kata Erick kepada awak media, Senin (17/7/2023).
Menteri BUMN RI itu mengingatkan, jika hal-hal seperti ini masih terjadi maka Indonesia akan benar-benar disanksi oleh FIFA. Ia menegaskan, Indonesia masih dalam pantauan FIFA dua tahun ke depan pasca-tragedi Kanjuruhan.
"FIFA menyampaikan, kalau Indonesia rusuh terus, apalagi masih kejadian hal-hal saya sudah sampaikan, kita akan dihukum kembali. Karena tragedi Kanjuruhan itu FIFA belum lupa," kata Erick.
Adapun mengenai rencana pengurangan poin, Erick menilai aturan tersebut seharusnya bisa diberlakukan mulai musim depan. "Tentu apa yang sudah kita sepakati sama LIB belum mencakup pengurangan poin untuk klub-klub. Tapi saya yakin di tahun depan bisa dilakukan," ujarnya menambahkan.
Erick sebelumnya juga meminta suporter untuk terlibat aktif membenahi sepak bola Indonesia. Di antaranya adalah dengan tidak membuat kekacauan dalam pertandingan sepak bola.
"Nah ini yang kita lihat, ayo suporter harus menjadi bagian transformasi ini. Dan jangan lupa peristiwa Kanjuruhan belum selesai dan FIFA ini masih memantau kita dua tahun, makanya ada aturan tidak ada suporter tamu selama dua tahun," kata Erick menegaskan.