Senin 17 Jul 2023 23:06 WIB

Pendidik: Kurikulum Merdeka Buat Siswa Senang Belajar

Kemendikbudristek telah menutup pendaftaran implementasi Kurikulum di 2023-2024.

Implementasi Kurikulum Merdeka
Foto: dok Universitas BSi
Implementasi Kurikulum Merdeka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Relaksasi mata pelajaran disebut menjadi keunggulan yang dimiliki oleh Kurikulum Merdeka. Di mana, satuan pendidikan yang menggunakan kurikulum tersebut diberikan keleluasaan dalam menyusun materi pembelajaran mereka masing-masing, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kearifan lokal pada masing-masing daerah.

“Dengan relaksasi ini, gurunya jadi lebih kreatif daripada dulu yang materinya seragam seluruh Indonesia. Mereka dapat mengambil pembahasan masalah dari hal-hal lokal, budaya lokal, kearifan lokal, dan mungkin juga bisa kerja sama dengan UMKM yang ada untuk belajar kewirausahaan,” ujar pengamat pendidikan dari Universitas Gadjah Mada, Budi Santoso, Senin (17/7/2023).

Baca Juga

Budi menjelaskan, dengan memasukkan permasalahan di lingkungan sekitar dalam pembelajaran, para siswa diharapkan menjadi lebih senang ketika belajar. Dengan demikian, mereka juga diharapkan dapat tertarik mempelajari dan mencintai daerahnya sendiri.

“Sekolah harus memahami apa yang dibutuhkan di daerahnya saat ini dan mendatang dalam menyusun Kurikulum Merdeka ini. Saya pernah ketemu dengan siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta mereka senang karena dapat mengembangkan kreativitasnya,” kata dia.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah menutup pendaftaran implementasi Kurikulum Merdeka untuk tahun ajaran 2023-2024. Tercatat, lebih dari 300 ribu satuan pendidikan di seluruh Indonesia telah mendaftar untuk segera merasakan manfaat dari keunggulan Kurikulum Merdeka.

Sejumlah satuan pendidikan tingkat sekolah dasar (SD) mengaku telah merasakan dampak baik dari implementasi Kurikulum Merdeka yang mulai diterapkan secara bertahap sejak tahun ajaran 2021-2022. Lewat penerapan Kurikulum Merdeka, kegiatan belajar-mengajar di ruang kelas disebut semakin atraktif sehingga mendorong minat belajar peserta didik semakin tinggi.

Kepala SD Kemala Bhayangkari 01 Balikpapan, Baharudin, mengatakan, Kurikulum Merdeka memiliki perbedaan dengan Kurikulum 2013 karena menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kurikulum Merdeka memberikan ruang yang seluasnya bagi pendidik dan peserta didik untuk berkolaborasi dalam merancang pembelajaran mulai dari perencanaan hingga hasil yang ingin dicapai bersama. 

“Berkat impelementasi Kurikulum Merdeka, anak menjadi senang, guru menjadi tenang, dan orang tua menjadi bahagia sesuai dengan motto sekolah. Kenapa anak-anak senang? Karena mereka dilibatkan dari mulai perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap asesmen yang dahulu tidak seperti itu,” kata Baharudin.

Baharudin menuturkan, inti dari implementasi Kurikulum Merdeka adalah agar pembelajaran disesuaikan dengan tingkat kompetensi peserta didik di setiap kelasnya. Dalam setahun terakhir, para guru juga memiliki rapor masing-masing untuk mengetahui progres dari implementasi Kurikulum Merdeka.

“Jadi, Kurikulum Merdeka dirancang sedemikian rupa agar anak-anak lebih nyaman ketika belajar. Kemudian tidak dipaksa buru-buru untuk menguasai suatu pelajaran,” jelas dia.

Sementara itu, Kepala SDN Mampang Prapatan 02 Pagi, Yeyet Husnawati, menjelaskan sekolahnya sudah menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022-2023. Dengan implementasi Kurikulum Merdeka, guru dan peserta didik fokus kepada materi esensial dan capaian pembelajaran yang ditetapkan bersama.

“Sebelum menggunakan Kurikulum Merdeka, para guru lebih mengejar pada penyelesaian materi dalam satu semester ataupun satu tahun pembelajaran. Dengan capaian pembelajaran, dari segi waktu penuntasan pembelajaran itu panjang, guru bisa eksplore dan siswa lebih bisa mendalami pembelajaran secara lebih bermakna,” kata Yeyet.

Keunggulan lainnya yang dia rasakan dari Kurikulum Merdeka adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Lewat program itu, satuan pendidikan dan guru bisa menanamkan karakter yang baik bagi peserta didik secara berkelanjutan.

“Pada kurikulum sebelumnya penanaman karakter hanya kita lakukan melalui pembiasaan saja. Tetapi saya lihat anak-anak sangat menyukai kegiatan ini karena pembelajaran bisa di dalam kelas maupun di luar kelas,” tutur Yeyet.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement