Selasa 18 Jul 2023 06:30 WIB

Mengingat Pesan Syekh Nawawi Al Bantani di Pemakaman Ma'la Makkah

Ma'la merupakan pemakaman tertua di Makkah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Pemakaman Jannatul Mala di Makkah.
Foto: dok. Tim MCH
Pemakaman Jannatul Mala di Makkah.

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Sejumlah ulama mengiringi ulama kharismatik KH Abuya Ahmad Muhtadi bin Dimyathi al-Bantani berziarah ke pemakaman Ma'la di Makkah. Di sanalah tempat ulama besar dikuburkan, di antaranya Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni.

Di antara ulama yang mengiringi KH Abuya Ahmad Muhtadi bin Dimyathi al-Bantani adalah Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih. Kiai Miftah mengingatkan kembali pesan Syekh Nawawi al-Banteni dalam kitab yang ditulisnya. 

Baca Juga

Kiai Miftah mengatakan, guru-guru spiritual dan keilmuan serta hampir semua ulama Nusantara ada hubungan keilmuan dengan Syekh Nawawi al-Banteni. Ulama-ulama Nusantara tersebut bertemu dengan Syekh Nawawi al-Banteni di Tanah Suci dan di Banten, tapi lebih banyak yang bertemu di Tanah Suci.

"Dengan demikian kita patut bangga, dan kita harus menggali betul pikiran cerdas beliau (Syekh Nawawi al-Banteni) seperti di dalam kitab Nashaihul Ibad itu," kata Kiai Miftah saat diwawancarai Republika.co.id di pemakaman Ma'la, Makkah, Senin (17/7/2023).

Kiai Miftah menjelaskan, kitab Nashaihul Ibad yang ditulis Syekh Nawawi al-Banteni pada halaman pertamanya langsung menyampaikan hadis yang disampaikan gurunya. Pada hadis tersebut terdapat pesan kemanusiaan. Hadis yang disampaikannya panjang sekali, singkatnya seperti ini.

"Kita ini telanjang, tapi diberi pakaian oleh Allah, kita ini manusia maka kita tidak boleh menzalimi satu dengan yang lain, kita berangkat dari satu rahim maka kita harus bersaudara, kita harus menghadirkan ketenteraman bagi yang lain, itu mukadimah kitab Nashaihul Ibad," ujar Kiai Miftah.

Kiai Miftah menegaskan, kitab Nashaihul Ibad ini seharusnya menjadi kitab pertama yang harus dikaji oleh para santri di pesantren salaf.

Kiai Miftah menambahkan, Syekh Nawawi al-Banteni adalah sosok kiai kharismatik dari pulau Jawa karena disebut Al Jawi, beliau sudah sangat terkenal di Tanah Suci Makkah.

"Tidak ada satupun pada masanya, orang (ulama) dari Jawa dari Nusantara tidak berguru kepada beliau, maka saat ini kita hanya bisa menziarahi makamnya, mengirim Al-Fatihah, tabarruk kepada beliau, agar gerak langkah kita bersambung dengan yang dilakukan Syekh Nawawi," ujar Kiai Miftah.

Ia menyampaikan, KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah, KH Maskumambang dan kiai-kiai lainnya juga ada komunikasi ada hubungan murid dengan Syekh Nawawi.

Di pemakaman Ma'la, pemakaman tertua di Makkah, sejumlah ulama yang mengiringi Abuya Kiai Haji Ahmad Muhtadi bin Dimyathi al-Bantani termasuk Kiai Miftah berziarah juga ke makam Siti Khadijah istri dari baginda Nabi Muhammad SAW. Kemudian berziarah ke makam KH Maimun Zubair yang akrab disapa akrab dipanggil Mbah Moen.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement