Selasa 18 Jul 2023 09:46 WIB

Buku Pelajaran di Sekolah Arab Saudi Hilangkan Konten Negatif Yahudi

Buku tersebut menambahkan konten kritis terhadap Hizbullah dan Ikhwanul Muslimin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Murid-murid sekolah di Arab Saudi (ilustrasi). Buku-buku teks di sekolah Arab Saudi mulai meninggalkan penilaian negatif terhadap Israel.
Foto: Alarabiya
Murid-murid sekolah di Arab Saudi (ilustrasi). Buku-buku teks di sekolah Arab Saudi mulai meninggalkan penilaian negatif terhadap Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Reformasi kurikulum dan buku teks sekolah yang digunakan di Arab Saudi dipuji oleh koresponden politik surat kabar Israel Yedioth Ahronoth Itamar Eichner. Dia menggambarkan buku-buku di sekolah mulai meninggalkan penilaian negatif terhadap Israel dan tindakan itu dinilai sebagai kemajuan.

Saudi dikabarkan menambahkan konten kritis terhadap Hizbullah dan Ikhwanul Muslimin. Eichner menyatakan, buku teks tersebut pun memuat konten yang lebih toleran mempromosikan perdamaian.

Baca Juga

Eichner mengutip analisis dari 301 buku teks yang diterbitkan dalam lima tahun terakhir oleh Kementerian Pendidikan Saudi. "Perubahan paling signifikan yang telah dibuat adalah sikap negatif terhadap Yahudi, dengan hampir semua contoh anti-Semit dalam buku-buku dihapus sepenuhnya tahun ini," ujarnya dikutip dari Middle East Monitor.

Menurut Eichner, contoh konten "anti-Semit" seperti tentang penentangan terhadap pemukiman Yahudi di Palestina. Semua permukiman Israel untuk orang Yahudi di wilayah pendudukan Palestina merupakan tindakan ilegal dalam hukum internasional.

"Selain itu, buku sejarah sekolah menengah atas tidak lagi memasukkan pelajaran tentang hasil positif dari intifada pertama dan menyebut Israel sebagai 'demokrasi curang'," ujar Eichner.

Eichner mengatakan, perubahan yang dilakukan oleh Arab Saudi adalah bagian dari langkah awal untuk normalisasi hubungan dengan negara pendudukan. Saudi mengaku tidak akan pernah melakukan penormalan hubungan dengan Israel sebelum diterapkannya solusi dua negara. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement