REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Blok Andaman III yang digadang menjadi salah satu sumber migas yang besar di Aceh gagal beroperasi dalam waktu dekat. Hal ini dikarenakan Repsol, perusahaan migas asal Spanyol yang semula hendak mengembangkan blok ini menyatakan mundur dari Indonesia.
"Terkait dengan Andaman III, Repsol bulan Juni yang lalu sudah mengajukan untuk mengembalikan blok. Kita sebut sebagai total relinquishment," kata Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf pada konferensi pers di SKK Migas, Selasa (18/7/2023).
Nanang mengatakan, dengan pengembalian tersebut maka Blok Andaman III statusnya akan menjadi wilayah terbuka atau open area. Dia mengatakan, wilayah ini akan ditawarkan kembali.
Blok Andaman III merupakan WK eksplorasi yang dimenangkan oleh Talisman pada lelang Wilayah Kerja pada tahun 2009. Kontrak kerja sama WK Andaman III menggunakan skema cost recovery dengan jangka waktu selama 30 tahun. Pada tahun 2015, Repsol mengakuisisi Talisman sehingga WK tersebut dikelola oleh Repsol.
Kemudian, pada 2019, Petronas, perusahaan migas asal Malaysia, melalui anak usahanya Petronas Andaman B.V. resmi mengakuisisi 49 persen hak partisipasi WK Andaman III dari Repsol Andaman B.V., anak perusahaan Repsol S.A. (Repsol). WK ini terletak di lepas pantai Aceh dengan luas area saat ini setelah dilakukan penyisihan sebagian Wilayah Kerja seluas 4684.32 kilometer persegi.
Repsol Andaman B.V telah mengerjakan beberapa kegiatan yaitu studi G&G, akuisisi data seismik 3D seluas 3,250 km2 yang telah dilaksanakan pada tahun 2016 hingga 2018 dan pemboran eksplorasi Rencong-1X.