REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Perusahaan pembayaran berbasis aplikasi, Astrapay, menggenjot pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Bali untuk menggunakan metode pembayaran digital. Ini untuk mendukung efisiensi dan pencatatan transaksi yang lebih baik.
"Uang hasil penjualan akan masuk langsung ke rekening penjual," kata Chief Executive Officer (CEO) Astrapay Rina Apriana, di Denpasar, Bali, Selasa (18/7/2023).
Ia mengungkapkan dengan adanya pencatatan transaksi yang lengkap dan rapi, dapat menjadi salah satu dokumen pendukung dalam mengakses lembaga jasa keuangan. Nantinya, lembaga jasa keuangan di antaranya perbankan dapat lebih mudah dalam melakukan pencairan kredit kepada UMKM yang membutuhkan permodalan.
Untuk itu, upaya yang dilakukan di antaranya berpartisipasi mendukung ajang pariwisata tahunan, Sanur Village Festival (SVF) 2023 di Denpasar, Bali yang menghadirkan pelaku UMKM dan dilaksanakan pada 19-23 Juli 2023. Selain itu, pihaknya juga berencana membidik festival seni budaya lain yang menghadirkan UMKM untuk bertransaksi digital, termasuk Pesta Kesenian Bali (PKB) dalam skala yang lebih besar pada tahun-tahun mendatang.
Berdasarkan data Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Provinsi Bali, jumlah UMKM di Pulau Dewata pada 2022 mencapai 440.609 unit atau naik dari tahun 2021 mencapai 412.265 unit. Jumlah itu diperkirakan terus meningkat sehingga berpotensi turut menggunakan metode pembayaran secara digital.
"Ini dapat meningkatkan literasi keuangan masyarakat Bali dengan memberikan pengalaman bertransaksi digital yang mudah dan nyaman," katanya.
Secara nasional pihaknya mencatat jumlah pengguna aplikasi itu mencapai 10 juta pengguna per Juni 2023 atau naik dua kali lipat dari periode sama 2022. Adapun perinciannya, sebanyak 50 persen di antaranya digunakan oleh masyarakat termasuk pelaku UMKM.
Sedangkan, volume transaksi pada Juni 2023 mencapai Rp 51,8 triliun atau meningkat empat kali lipat dibandingkan periode sama pada Juni 2022.