REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin (17/7/2023) berbincang melalui sambungan telepon untuk membahas perkembangan terbaru mengenai kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Panggilan telepon itu dilakukan setelah Rusia menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan yang ditandatangani oleh Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina pada Juli tahun lalu itu.
Kesepakatan tersebut merupakan perjanjian untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina, yang sempat dihentikan setelah perang Rusia-Ukraina pecah pada Februari 2022.
Namun, sumber-sumber diplomatik Turki tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang perbincangan yang dilakukan oleh Fidan dan Guterres.
Sebelumnya, Rusia pada Senin mengumumkan penangguhan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Kremlin, sebutan pemerintah Rusia, mengatakan bahwa ada beberapa bagian dari kesepakatan tentang kepentingan Rusia yang hingga kini belum terpenuhi.
Guterres mengatakan kepada wartawan bahwa dia sangat menyesali keputusan Rusia itu karena akan merugikan orang-orang yang membutuhkan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin mengatakan meskipun Moskow menarik diri dari kesepakatan itu, dia meyakini bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin ingin kesepakatan itu berlanjut. Menurut Erdogan, kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, yang merupakan keberhasilan diplomatik, telah mengalami kemunduran.
Meski demikian, dia menekankan bahwa Turki meyakini pentingnya melanjutkan inisiatif tersebut, dan Ankara telah mengintensifkan upaya-upaya diplomatik guna mencapai tujuan tersebut.