Rabu 19 Jul 2023 06:20 WIB

Menlu Turki dan PBB Bahas Nasib Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam

PBB menyesali keputusan Rusia itu karena akan merugikan orang banyak.

Pusat Koordinasi Bersama melakukan inspeksi di atas kapal kargo curah TQ Samsun, yang melakukan perjalanan dari Odessa, Ukraina, sarat dengan biji-bijian, saat berlabuh di Laut Hitam, dekat pintu masuk Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, Senin, 17 Juli 2023. Rusia pada Senin menghentikan terobosan kesepakatan masa perang yang memungkinkan biji-bijian mengalir dari Ukraina ke negara-negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia di mana kelaparan menjadi ancaman yang semakin meningkat dan harga pangan yang tinggi telah mendorong lebih banyak orang ke dalam kemiskinan.
Foto: United Nations via AP
Pusat Koordinasi Bersama melakukan inspeksi di atas kapal kargo curah TQ Samsun, yang melakukan perjalanan dari Odessa, Ukraina, sarat dengan biji-bijian, saat berlabuh di Laut Hitam, dekat pintu masuk Selat Bosphorus di Istanbul, Turki, Senin, 17 Juli 2023. Rusia pada Senin menghentikan terobosan kesepakatan masa perang yang memungkinkan biji-bijian mengalir dari Ukraina ke negara-negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia di mana kelaparan menjadi ancaman yang semakin meningkat dan harga pangan yang tinggi telah mendorong lebih banyak orang ke dalam kemiskinan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin (17/7/2023) berbincang melalui sambungan telepon untuk membahas perkembangan terbaru mengenai kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Panggilan telepon itu dilakukan setelah Rusia menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan yang ditandatangani oleh Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina pada Juli tahun lalu itu.

Kesepakatan tersebut merupakan perjanjian untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina, yang sempat dihentikan setelah perang Rusia-Ukraina pecah pada Februari 2022. 

Baca Juga

Namun, sumber-sumber diplomatik Turki tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang perbincangan yang dilakukan oleh Fidan dan Guterres.

Sebelumnya, Rusia pada Senin mengumumkan penangguhan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Kremlin, sebutan pemerintah Rusia, mengatakan bahwa ada beberapa bagian dari kesepakatan tentang kepentingan Rusia yang hingga kini belum terpenuhi.

Guterres mengatakan kepada wartawan bahwa dia sangat menyesali keputusan Rusia itu karena akan merugikan orang-orang yang membutuhkan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin mengatakan meskipun Moskow menarik diri dari kesepakatan itu, dia meyakini bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin ingin kesepakatan itu berlanjut. Menurut Erdogan, kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, yang merupakan keberhasilan diplomatik, telah mengalami kemunduran.

Meski demikian, dia menekankan bahwa Turki meyakini pentingnya melanjutkan inisiatif tersebut, dan Ankara telah mengintensifkan upaya-upaya diplomatik guna mencapai tujuan tersebut.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement