Rabu 19 Jul 2023 06:58 WIB

Kirab Malam 1 Suro Puro Mangkunegaran, Ganjar: Momen Refleksi Diri

Kegiatan itu diikuti ratusan peserta yang mengikuti laku bisu.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
 Gubernur Jateng Ganjar Pranowo didampingi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming mengikuti laku bisu di acara kirab malam 1 Suro di Puro Mangkunegaran, Selasa (18/7/2023) malam.
Foto: Muhammad Noor Alfian
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo didampingi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming mengikuti laku bisu di acara kirab malam 1 Suro di Puro Mangkunegaran, Selasa (18/7/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ratusan peserta mengikuti kirab malam 1 Suro di Puro Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Selasa (18/7/2023) malam. Mereka nampak mengenakan blangkon, beskap hitam, dan batik cokelat tak beralas kaki dan mengikuti laku bisu.

Di antara peserta adalah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, dan putri dari Ketua DPR RI Puan Maharani, Diah Pikatan Orissa Putri Hapsari atau Pinka Haprani, Komisi VI DPR RI Aria Bima, dan serta Gatot Nurmantyo ikut melakukan laku bisu bersama ratusan peserta lainnya.

Dimulai sekitar pukul 19.00 WIB, peserta laku bisu mengikuti rute Kirab Malam 1 Suro yang dimulai ketika rombongan keluar dari gerbang utama Puro Mangkunegaran di Jalan Ronggowarsito. Kemudian belok ke kanan ke Jalan Kartini menuju Jalan RM Said melewati Jalan Teuku Umar dan kembali ke Pura Mangkunegaran.

Di kirab tersebut, hanya terdengar suara ratusan telapak kaki peserta laku bisu. Kendati demikian, Ganjar tak mengikuti hingga akhir acara, ia berhenti ketika telah mencapai pintu barat Puro Mangkunegaran yang berdekatan dengan Masjid Al Wustho.

"Acara ritual tahunan yang menurut saya bagus, jadi kebudayaan masih berjalan dan jadi menarik yang ikut kirab jalan terus yang tidak ikut kirab boleh berhenti di sini sambil berdoa dan ada pengajiannya," kata Ganjar.

"Jadi menurut saya perkawinan antara kultur ada, dari sisi agama juga berjalan, dan antusiasme masyarakat juga luar biasa," ujarnya.

Ganjar juga berharap dengan kirab yang sekaligus menyambut bulan suro atau Muharram dapat menjadi momen refleksi diri. Yakni menambal yang kurang dan memperbagus yang sudah bagus.

"Mudah mudahan kita memasuki Muharram bisa membikin kita makin semangat, bisa merefleksikan diri tahun tahun sebelumnya yang kurang kita perbaiki, yang sudah bagus kita genjot," katanya.

Ganjar juga mengungkapkan acara ritual tahunan tersebut bernuansa sakral. Ia mengaku sempat salut dengan antusiasme masyarakat meski ia tak boleh menyapa karena sedang melakukan laku bisu namun banyak yang memanggil-manggil namanya.

"Antusiasme masyarakat luar biasa ini cukup unik bahkan ada suasana sakral ada yang teriak teriak, jangan," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement