Rabu 19 Jul 2023 07:15 WIB

Dolar AS Rebound Dipicu Penjualan Ritel AS yang Kuat

Indeks dolar naik 0,1 persen menjadi 99,9385 pada akhir perdagangan.

Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada penutupan perdagangan Kamis (29/9/2022) sebesar 4 poin atau 0,03 persen ke level Rp15.262,50 per dolar AS. Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada penutupan perdagangan Kamis (29/9/2022) sebesar 4 poin atau 0,03 persen ke level Rp15.262,50 per dolar AS. Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS rebound dari level terendah 15 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (18/7/2023). Penguatan terjadi saat penjualan ritel inti AS mengalami kenaikan yang kuat pada Juni, ketika investor menunggu keputusan suku bunga Federal Reserve minggu depan. 

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,10 persen menjadi 99,9385 pada akhir perdagangan. Dolar melanjutkan upayanya untuk menetap di atas level 100 karena para pedagang bereaksi terhadap laporan penjualan ritel AS.

Baca Juga

Penjualan ritel di Amerika Serikat naik 0,2 persen pada Juni menjadi 689,5 miliar dolar AS, Biro Sensus AS melaporkan pada Selasa (18/7/2023). Itu adalah kecepatan yang lebih lambat daripada Mei dan April, dan menyamai kenaikan 0,2 persen harga konsumen bulan lalu, sebuah tanda bahwa pengeluaran orang Amerika terus meningkat tetapi tidak melampaui inflasi.

Namun, penjualan inti menunjukkan ketahanan yang lebih besar. Tidak termasuk mobil, bensin, bahan bangunan, dan jasa-jasa makanan, penjualan ritel naik 0,6 persen pada Juni. Data untuk Mei direvisi sedikit naik untuk menunjukkan penjualan ritel inti meningkat 0,3 persen dari yang dilaporkan sebelumnya 0,2 persen.

Sementara itu, produksi industri di Amerika Serikat turun 0,5 persen untuk bulan kedua berturut-turut pada Juni, publikasi bulanan Federal Reserve mengungkapkan pada Selasa. Pejabat Fed masih berada di jalur untuk menaikkan suku bunga ke level tertinggi 22 tahun pada pertemuan 25-26 Juli, namun beberapa analis memperingatkan bahwa dolar AS dapat segera menghapus semua kenaikan pasca-pandemi.

Indeks Pasar Perumahan tumbuh dari 55 pada Juni menjadi 56 pada Juli, menurut National Association of Home Builders.

"Seperti yang terjadi pada Januari/Februari sebelum krisis Silicon Valley Bank, pasar mengantisipasi puncak suku bunga AS dan tingkat relatif penyempitan lebih lanjut. Jika tidak ada yang terjadi untuk menghilangkan ekspektasi tersebut, saya perkirakan indeks dolar akan bergerak lebih dekat. tetapi tidak sampai ke titik terendah di akhir tahun 2020," kata Kit Juckes, ahli strategi makro di Societe Generale.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1228 dolar AS dari 1,1242 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,3045 dolar AS dari 1,3082 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar AS dibeli 138,8750 yen Jepang, lebih tinggi dari 138,6470 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8576 franc Swiss dari 0,8600 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3174 dolar Kanada dari 1,3184 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,2135 krona Swedia dari 10,2316 krona Swedia.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement