REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Republika bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok (KIKT) menggelar Festival Hijriah yang akan digelar di sembilan kota. Dalam rangka memeriahkan Tahun Baru Islam 1445 H, festival Hijrah akan dibuka perdana di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada Rabu (19/7/2023) malam.
Nantinya acara dibuka dengan menghadirkan tausiyah Tahun Baru Hijriah dari Habib Nabiel Almusawa. Dilanjutkan dengan penampilan parade seni dan budaya dari Muslim Xinjiang oleh kelompok seni Art Troupe Performance, serta beragam pertunjukan lainnya dari tari, opera hingga akrobat.
Kelompok seni Art Troupe Performance akan membuka pertunjukan dengan tarian dan tabuhan rebana yang merepresentasikan berbagai kelompok etnis di Xinjiang. Penyanyi solo lelaki juga akan menyuguhkan nyanyian kumpulan lagu-lagu klasik sebagai simbol yang menunjukkan kualitas keramahan orang Tionghoa dari semua kelompok etnis.
Tak ketinggalan, para penampil akan mempertontonkan seni daerah tarian 'Jula' dari 12 Muqam Uighur. Seni klasik ini pada 2005 masuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Karya seni ini masuk dalam gelombang pertama Daftar Item Perwakilan Budaya Tak benda Nasional pada 2006.
Muqam adalah seni pertunjukan suku Uighur yang mirip dengan opera, menggabungkan antara musik tradisional, lagu, dan drama. Adapun terjemahan kata Jula dari bahasa Uighur berarti mutiara yang bersinar.
Kelompok seni Art Troupe Performance juga menyiapkan pertunjukan akrobat bola kristal yang akan mengombinasikan seni dan beragam permainan. Untuk menghangatkan suasana, mereka juga menyiapkan beberapa lagu rakyat (folksong) yang terkenal di Indonesia.
Xinjiang yang merupakan provinsi di wilayah barat laut China, sejak lama dikenal sebagai titik bertemunya berbagai kebudayaan dari beragam suku bangsa. Hal ini menjadikan Xinjiang mempunyai budaya, khususnya dalam seni tari, yang unik.
Masyarakat Xinjiang dikenal sangat menggemari seni tari dan nyanyi. Di Xinjiang, mudah ditemukan pentas seni tari dan panggung untuk bernyanyi, mulai dari pusat-pusat wisata, pasar tradisional, hingga permukiman warga.
Seni tari dan nyanyi khas Xinjiang telah diakui UNESCO sebagai "Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity" atau Mahakarya Budaya Lisan dan Tak Bendawi untuk Kemanusian.