REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP PDIP Puan Maharani menanggapi pertemuan antara politikus PDIP Budiman Sudjatmiko dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (18/7/2023) malam WIB. Dia mengaku tak tahu ada atau tidaknya perintah dari PDIP bagi Budiman untuk bertemu capres 2024 itu.
"Saya tidak tahu apakah itu ada perintah, tapi yang saya bisa sampaikan bahwa semuanya boleh saja bersilaturahim dan dalam kemudian mendiskusikan masa depan bangsa dan negara," ujar Puan saat ditemui di Jakarta Pusat, dikutip Rabu (19/7/2023).
"Silaturahim itu tidak pernah ada yang salah, silaturahim itu menurut saya adalah hal yang positif," kata Puan yang juga ketua DPR.
Adapun Budiman Sudjatmiko menyebut, seusai berbincang secara tertutup selama dua jam, ia menilai, Prabowo sebagai orang baik. Dia berharap perjuangan politik mantan komandan jenderal Komando Pasukan Khusus (danjen Kopassus) itu tidak lagi dibebani oleh peristiwa lampau.
Budiman mengaku, ia dan Prabowo salah satunya membahas perbedaan posisi saat menjelang reformasi 1998. Dia mengakui, pada masa itu dirinya sebagai aktivis dan Prabowo sebagai tentara berada pada situasi saling berhadap-hadapan.
Dia dan Prabowo sama-sama mempertaruhkan nyawa, kehormatan, dan cita-cita ketika itu. "Saya mantan aktivis, Pak Prabowo mantan tentara elite. Kita pernah berhadapan," ujar Budiman saat konferensi pers bersama Prabowo.
Jelang reformasi 1998, Budiman yang merupakan ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD), organisasi yang militan berupaya melengserkan Presiden Soeharto. Sedangkan Prabowo ketika itu adalah danjen Kopassus sekaligus menantu Soeharto.