REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Umat Islam tengah memperingati Tahun Baru 1 Muharram 1445 H. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir pun menyampaikan pesan kepada segenap umat Muslim.
Ia mengatakan penting pada Tahun Baru Hijriyah 1445 melakukan rekonstruksi kesadaran kolektif seluruh umat Islam Indonesia untuk bangkit mengubah nasib sendiri sebagaimana spirit Islam dalam QS Ar-Ra'd: 11 yang berbunyi, 'Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri'.
“Umat Islam tidak dapat menggantungkan nasib kepada pihak lain, termasuk dengan memanfaatkan peluang yang kelihatan baik, tetapi sejatinya membuat diri makin tergantung. Tidak gampang tergoda yang dapat memperlemah posisi umat sendiri,” kata Haedar, Rabu (19/7/2023).
Ia menuturkan mengubah nasib dengan kekuatan sendiri meniscayakan kerja sama, kolaborasi, dan relasi yang luas dengan berbagai pihak, tidak dengan mengisolasi diri. Semua langkah tidak bisa instan, perlu perencanaan strategis.
Haedar juga menegaskan umat Islam penting mengagendakan usaha-usaha kemajuan yang bersifat strategis di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik yang terencana dan berjangka panjang.
"Sembari menyelesaikan masalah-masalah rutin dan temporer yang memang realistik harus dicarikan solusi seperti membangun sarana ibadah, penyantunan kaum dhu’afa, penanganan kebencanaan, dan sebagainya," ujarnya.
Haedar mengajak untuk menjadikan semangat beribadah mahdhah sebagai kekuatan ruhaniah selain membangun kesalihan diri juga kesalihan sosial serta mengembangkan urusan-urusan muamalah keduniaan yang unggul berkemajuan.
“Membangun kekuatan ekonomi penting menjadi prioritas utama agar umat Islam naik kelas menjadi golongan yang 'tangan di atas' serta bukan golongan 'tangan di bawah'," kata Haedar.
Salah satu upaya lainnya yakni mengembangkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi kuat, sehingga menjadi gerakan ekonomi umat berskala besar dan tangguh. Selain itu, juga mengembangkan konglomerasi baik secara personal melalui perluasan kekuatan para saudagar maupun dalam bentuk institusi dan korporasi.
Ia pun meyakini jika saling berkolaborasi dan mau belajar berdikari maka kekuatan ekonomi umat Islam akan berkembang kuat dan besar.
"Orientasi pengembangan ekonomi yang serba syariah dan rigid harus diubah ke gerak fleksibiltas sebagaimana hukum dasar muamalah yang bersifat 'ibahah' atau banyak kebolehannya. Jika ingin maju secara ekonomi lakukan langkah-langkah praksis dan strategis yang progresif disertai penguatan mentalitas kewirausahaan dan kesaudagaran yang positif," ujarnya.
Haedar juga berpesan agar umat Islam Indonesia juga harus merebut kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing serta bekerja sama dengan umat dan bangsa lain secara setara.
Penguasaan iptek dan kemajuan umat hanya dapat ditempuh hanya melalui lembaga-lembaga pendidikan yang unggul serta pengembangan program-program riset strategis. Lembaga-lembaga pendidikan umat Islam harus naik kelas dan menjadi institusi yang unggul, termasuk dalam penguasaan ilmu-ilmu eksakta.
"Pengembangan sumber daya manusia yang unggul menjadi keniscayaan jika bercita-cita menjadi umat terbaik. Karenanya kegiatan-kegiatan yang serbaritual, seremonial, tidak produktif, dan boros penting diganti dengan kerja-kerja produktif dan strategis. Sudah tinggi waktunya umat Islam Indonesia membangun pusat-pusat keunggulan," katanya.