REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Budiman Sudjatmiko mengaku tak masalah jika dirinya dipanggil oleh DPP PDIP karena bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Menurutnya, dipanggil DPP untuk memberikan klarifikasi merupakan hal biasa.
"Dipanggil kan bukan sebuah risiko, biasa saja. Malah justru bagus toh ada komunikasi," kata Budiman kepada wartawan.
Budiman menambahkan, dirinya sudah terbiasa dipanggil PDIP. Karena itu, dirinya tak merasa terbebani dengan potensi panggilan menghadap Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan.
Dalam kesempatan itu, Budiman menegaskan bahwa pertemuannya dengan Prabowo bukan mewakili PDIP, tapi atas nama pribadi. Kendati begitu, dia mengaku akan menyampaikan hasil pertemuan itu kepada Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Budiman berbicara dengan Prabowo sekitar dua jam di kediaman calon presiden Partai Gerindra itu. Mereka membahas sejarah masa lalu ketika keduanya berada di posisi saling berhadapan, yakni Budiman sebagai aktivis reformasi 1998 dan Prabowo sebagai Danjen Kopassus.
Budiman juga menyampaikan kepada Prabowo soal pentingnya kaum nasionalis bersatu. Menurut Budiman, persatuan kaum nasionalis dibutuhkan untuk menjaga dan memajukan Indonesia usai kepemimpinan Presiden Jokowi dan di tengah guncangan global akibat perang Rusia versus Ukraina.
“Rugi Indonesia kalau kaum nasionalis tidak saling mendukung,” ujar Budiman saat konferensi pers bersama Prabowo di halaman depan rumah sang jenderal.
Budiman mengklaim dirinya sengaja mengambil peran sebagai sosok yang berupaya mencairkan hubungan antara kelompok-kelompok nasionalis. “Saya mewakafkan diri untuk mencairkan, agar kaum nasionalis bisa meneruskan apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi dengan segala konsekuensinya,” ucapnya.
Ketika ditanya apakah persatuan kaum nasionalis itu berarti menduetkan Prabowo dengan capres PDIP Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024, Budiman tak menampik. Dia menyebut, duet kaum nasionalis bisa menenangkan pilpres dalam satu putaran saja.
Sebagai catatan, hampir semua analis politik meyakini Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran apabila ada tiga capres, yakni Prabowo, Ganjar, dan Anies Baswedan.
"Pokoknya harus ada persatuan antara kaum nasionalis. Persatuan itu supaya solid, satu putaran, dan lanjutkan perjuangan programnya Pak Jokowi," kata mantan juru bicara tim kampanye nasional Jokowi-Ma'ruf itu menambahkan.
Prabowo menghargai pandangan Budiman dan mengakui punya banyak pemikiran sama. Termasuk pemikiran Budiman soal persatuan penting untuk memastikan kapal besar bernama Indonesia bisa terus melaju.
“Jadi itu yang saya hargai, kita banyak pemikiran yang bersama, dan kita bertekad untuk menjalin hubungan ini terus-menerus, komunikasi terus-menerus,” kata Prabowo.