Rabu 19 Jul 2023 15:30 WIB

Tanda Haji Mabrur, Jadi Teladan dan Bisa Jaga Keharmonisan Masyarakat

Haji yang mabrur juga dapat mempertahankan integritas moral.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Jamaah haji dari berbagai negara yang sedang melaksanakan sa
Foto: Republika/Fuji Eka Permana
Jamaah haji dari berbagai negara yang sedang melaksanakan sa

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia dalam proses pemulangan dari Arab Saudi ke Indonesia usai puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Jamaah haji perlu mengetahui tanda-tanda menjadi haji yang mabrur, salah satu tanda haji yang mabrur bisa menjadi teladan bagi masyarakat.

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja (Daker) Makkah, KH Zulkarnain Nasution berharap dan mendoakan agar jamaah haji khususnya jamaah haji Indonesia menjadi haji yang mabrur. Menurutnya, haji yang mabrur memiliki komitmen menjaga keharmonisan hidup di tengah masyarakat.

Baca Juga

"Haji yang mabrur juga bisa mengaktualisasikan kepatuhan seperti kepatuhan menjaga larangan ihram, dan menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga dan masyarakatnya," kata Kiai Zulkarnain kepada Republika di Kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah, Rabu (19/7/2023).

Kiai Zulkarnain menyampaikan, haji yang mabrur juga dapat mempertahankan integritas moral yang telah diperoleh selama haji dan diamalkan sepanjang hayat.

Ia menambahkan, mabrurnya haji juga terwujud dalam kepedulian dan ringan membantu sesama, menebar salam dan menjadi jalan terwujudnya kedamaian, dan bertutur kata serta berucap yang baik.

Jabir bin Abdillah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga." Para sahabat bertanya, "Apa kemabruran haji itu?" Rasulullah SAW menjawab, "Memberi makan, dan menebar salam (kedamaian)."

Redaksi lain pada hadist tersebut menyebutkan juga bahwa haji yang mabrur baik dalam ucapan dan perkataan. (HR Ahmad, Thabrani, Ibn Huzaimah, Baihaqi, Al-Hakim).

Haji mabrur adalah hajinya orang yang...

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement