REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Memasuki pekan ke-12, pembangunan Jembatan Otista di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor mencapai progres 23,75 persen. Saat ini, tahap pembangunan sedang dikerjakan galian bore pile, untuk menjadi pondasi bor untuk jembatan moda transportasi trem.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Rena Da Frina mengatakan, saat ini progres pembangunan Jembatan Otista mengalami deviasi positif 0,25 persen dari target yang sudah ditentukan. Dari target 23,50 persen, realisasi di lapangan sudah mencapai 23,75 persen.
“Saat ini yang sedang dikerjakan adalah galian bore pile, jadi pondasi bor untuk jembatan trem. Untuk di sisi Kelurahan Baranangsiang itu sudah beres tinggal di sisi yang Babakan Pasar, itu sisa dua titik lagi. Jadi masing-masing ada delapan titik sebelah kiri dan ada delapan titik sebelah kanan,” kata Rena, Selasa (18/7/2023).
Rena menjelaskan, untuk jembatan utilitas saat ini sudah selesai pengerjaan dengan menggunakan sistem pengeboran dan pengecoran. Secara keseluruhan, proses dan progres pengerjaan masih on the track dan sesuai jadwal.
Untuk itu pihaknya terus melakukan pengawasan dan evaluasi per pekan untuk meminimalisasi segala permasalahan. Maupun potensi keterlambatan sehingga bisa dicari solusi dan langkah antisipasi.
Untuk meminimalisasi dampak ekonomi dan terganggunya aktivitas warga dan pemukiman sekitar proyek, saat ini kontraktor telah melakukan percepatan pengerjaan. Rena mengatakan, pembangunan dipercepat dengan menambah tenaga kerja dan jam kerja.
“Itu sudah kita lakukan penambahan jumlah pekerja dan jam kerja, yang awalnya mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB itu kita tambah terus sampai malam,” katanya.
Meski demikian, sambung dia, proses pengeboran dan pengecoran dilakukan selama 24 jam. Hal itu dilakukan dengan proses shift pekerja untuk tetap menjaga kualitas konstruksi saat proses pengeboran dan pengecoran bore pile.
“Iya, memang untuk pengecoran kita tidak bisa lakukan dengan waktu putus. Jadi pondasi sudah dibor itu langsung dicor, nah cornya itu tidak boleh putus karena nanti kualitas tiangnya berbeda. Sehingga ketika terjadi sambungan maka kualitas strukturnya tidak terpenuhi, makanya kita lakukan dari pagi ketemu pagi lagi,” jelasnya.
Diketahui, latar belakang pembangunan Jembatan Otista ialah karena jembatan ini menjadi sumber kemacetan di Kota Bogor. Sejak diberlakukan Sistem Satu Arah (SSA) di Kota Bogor, jembatan ini menjadi bottle neck dan kerap menyebabkan kemacetan panjang.
Berdasarkan kajian, tidak ada pilihan lain kecuali melebarkan jembatan Otista untuk melancarkan arus lalu lintas. Sebetulnya pelebaran jembatan ini ingin dilakukan pada 2021, namun ditunda karena proses rasionalisasi sehubungan dengan sumber bantuan yang berasal dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat.
Untuk membangun Jembatan Otista, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mendapat bantuan dari Pemprov Jawa Barat, dengan angka sekitar Rp 49 miliar. Dimana proses lelang dimenangkan oleh PT Mina Fajar Abadi.