Kamis 20 Jul 2023 04:08 WIB

Gerakan Percepatan Tanam Antisipasi Dampak El Nino

Menteri Pertanian menjamin persediaan pangan aman untuk memenuhi konsumsi nasional.

Produksi pangan di Indonesia pada musim kemarau yang ditandai dengan fenomena El Nino, yang puncaknya Agustus-September 2023, diyakini tidak menyusut.
Foto: Dok. Kementerian Pertanian
Produksi pangan di Indonesia pada musim kemarau yang ditandai dengan fenomena El Nino, yang puncaknya Agustus-September 2023, diyakini tidak menyusut.

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Produksi pangan di Indonesia pada musim kemarau yang ditandai dengan fenomena El Nino, yang puncaknya Agustus-September 2023, diyakini tidak menyusut. Bahkan, ketersediaan pangan diprediksi masih melimpah karena petani di berbagai daerah di Tanah Air hingga kini masih melakukan gerakan percepatan tanam.

Gerakan percepatan tanam juga dilakukan para petani Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang. Itulah yang membuat Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo optimistis produksi padi pada semester dua tahu ini tetap melimpah.

Baca Juga

Oleh karena itu Menteri Pertanian menjamin persediaan pangan nasional relatif aman untuk memenuhi konsumsi domestik karena sampai Juli 2023 luas areal panen tercatat di atas 800 ribu hektare dan Agustus nanti juga luas lahan panen di atas 800 ribu hektare.

Secara keseluruhan, luas area panen masih di atas 2 juta hektare dan mampu menjaga ketersediaan pangan NASIONAL. "Kami meyakini persediaan pangan nasional masih aman di tengah ancaman El Nino," kata Menteri Pertanian di Pandeglang, awal pekan ini.

Provinsi Banten memiliki tren perkembangan ketahanan pangan yang baik sehingga Presiden Joko Widodo pun memberikan perhatian khusus bersama enam provinsi lain sebagai penghasil tanaman PANGAN. Oleh karena itu, keenam provinsi itu harus diberikan "energi" untuk memperkuat ketahanan pangan melalui gerakan percepatan tanam.

Ada modal optimisme ketersediaan pangan dari dalam negeri karena kekeringan yang diprediksi terjadi pada Juni -- Juli 2023, ternyata tidak terbukti. Bahkan, di beberapa daerah seperti Papua, Sulawesi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten curah hujan masih cukup tinggi sehingga tidak sampai mengganggu produksi tanaman pangan.

Namun demikian, ancaman kekeringan secara global pada Agustus - September 2023, seperti diprediksi oleh lembaga pemantau iklim, tetap harus diantisipasi, dengan kesiapan melakukan percepatan tanam. Para petani yang belakangan ini sudah panen, dalam waktu satu pekan kembali melakukan percepatan gerakan tanam.

Karena itu, pihaknya meminta bupati dan gubernur mengakselerasikan penanaman 1.000 hektare di setiap daerah demi memperkuat posisi stok pangan yang ada. "Kami meyakini dengan penanaman 1.000 hektare bisa terbebas dari ancaman krisis pangan," kata Menteri Pertanian.

Berdasarkan pemetaan wilayah zona hijau, petani diminta melakukan percepatan tanam hingga setahun bisa tiga kali panen. Di zona hijau ini terdapat jaringan infrastruktur irigasi sehingga teraliri air untuk mendukung gerakan percepatan tanam.

Adapun di zona kuning dilakukan intervensi dengan pompanisasi maupun perbaikan irigasi dan embung. Namun, di zona merah tidak perlu dilakukan gerakan tanam padi, namun bisa ditanami jenis lainnya.

Ia mengingatkan jangan sampai ada lahan kosong yang tidak ditanami. Semua lahan di zona hijau dan kuning harus ada percepatan tanam dengan menyiapkan pompa-pompa air dan benih unggul menghadapi musim kering.

Setelah panen, petani bisa segera kembali melakukan percepatan tanam, terlebih saat ini persediaan air cukup melimpah mengingat curah hujan di beberapa wilayah masih tinggi.

Mentan mengapresiasi petani Pandeglang yang hingga saat ini masih melakukan gerakan percepatan tanam.

Bupati Pandeglang Irna Narulita juga melihat saat ini petani masih memungkinkan tanam padi. Oleh karena itu, ia mengajak mereka melakukan gerakan percepatan tanam guna menjaga ketersediaan pangan. Percepatan gerakan tanam merupakan salah satu solusi untuk memenuhi ketersediaan pangan dalam menghadapi musim kemarau.

Gerakan percepatan tanam di Kecamatan Cimanuk, misalnya, saat ini mencapai 1.450 hektare. Bila setiap hektare menghasilkan 5-6 ton gabah kering giling, produksi padi tersebut mencapai 8.000 ton GKG.

Oleh karena itu, ia minta petani Pandeglang, jika sudah panen, kembali segera melakukan percepatan tanam.

Lahan persawahan di Pandeglang seluas 52.640 hektare dan ditargetkan petani bisa tanam setahun tiga kali. Pemerintah daerah, provinsi, dan Pemerintah Pusat sudah membangun waduk, jaringan irigasi, hingga embung untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tersebut.

Selain itu, juga memberikan bantuan alat peralatan pertanian (alsintan) dan sarana produksi (saprodi) guna mendukung swasembada pangan. Oleh karena itu, petani harus terus berupaya melakukan gerakan percepatan tanam di seluruh kecamatan. Panen di daerah ini masih berlangsung sampai Agustus-Oktober mendatang.

Pemerintah daerah juga terus mendorong peningkatan produksi dan produktivitas pangan, agar tidak terjadi krisis pangan pada musim kering tahun ini. Bupati menegaskan memiliki tanggung jawab memenuhi ketersediaan pangan masyarakat.

Sementara, Ketua Kelompok Tani Cigunung, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Momon mengatakan gerakan percepatan tanam seluas 35 hektare dengan benih varietas unggul IR 64. Gerakan percepatan tanam tersebut guna mencukupi kebutuhan pangan di Provinsi Banten menyusul terjadi musim kemarau.

Kelompok petani dengan anggota 35 orang itu juga melakukan gerakan percepatan tanam. Ketua Koordinator Penyuluh Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang, Iman, mengatakan saat ini Cigunung, Pandeglang, merupakan salah satu sentra produksi pangan. Petani bisa tanam tiga kali dalam setahun karena terdapat jaringan irigasi.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement