Rabu 19 Jul 2023 17:26 WIB

Riset: Banyak Pemda Belum Tahu Soal Pensiun Dini Batu Bara

Pemda belum aktif dilibatkan dalam agenda JETP.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Suasana bongkar muat batubara untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (12/2/2022). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, dibutuhkan investasi sekitar 8,58 miliar dolar AS untuk menutup PLTU dengan total kapasitas sebesar 5,5 Giga Watt (GW) dan menggantinya dengan energi terbarukan sebagai komitmen Indonesia untuk ikut meredam dampak perubahan iklim.
Foto: Antara/Arnas Padda
Suasana bongkar muat batubara untuk kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (12/2/2022). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, dibutuhkan investasi sekitar 8,58 miliar dolar AS untuk menutup PLTU dengan total kapasitas sebesar 5,5 Giga Watt (GW) dan menggantinya dengan energi terbarukan sebagai komitmen Indonesia untuk ikut meredam dampak perubahan iklim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Lembaga riset Center of Economic and Law Studies (Celios) bersama Yayasan Indonesia Cerah meluncurkan riset terbaru terkait rencana pemerintah untuk memulai program pensiun dini PLTU batu bara. Hasil riset tersebut menunjukkan banyak pemerintah daerah (pemda) yang belum siap dalam melakukan transisi energi karena minimnya keterlibatan otoritas daerah. 

Ekonom sekaligus Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan, rencana peluncuran rencana tindak lanjut pendanaan transisi energi atau JETP (Just Energy Transition Partnership) pada 16 Agustus 2023 mendatang perlu melibatkan berbagai unsur salah satunya pemerintah daerah. 

Baca Juga

“Risiko dari belum siapnya Pemda dalam melaksanakan transisi energi akan menciptakan tekanan pada sektor tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat yang bergantung pada rantai pasok PLTU,” kata Bhima, dikutip Republika.co.id, Rabu (19/7/2023). 

Sebagai contoh, terdapat sekitar 4.666 pekerja langsung baik tetap dan tidak tetap yang akan terdampak penutupan PLTU batu bara di Langkat, Cilacap, dan Probolinggo. Jumlah tersebut belum termasuk pekerja tidak langsung yakni para pelaku UMKM yang berada di sekitar lokasi PLTU, serta pekerja di lokasi sumber batu bara.