REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Calon presiden PDIP Ganjar Pranowo meraih elektabilitas tertinggi apabila diduetkan dengan Erick Thohir sebagai cawapres. Namun, jika dipasangkan dengan tokoh lain, elektabilitasnya menurun.
“Melihat skor paslon yang memiliki resistensi publik terendah, Ganjar-Erick mendapatkan skor 97 persen,” ujar Managing Director Ipsos Public Affairs Indonesia, Soeprapto Tan di Jakarta pada Rabu (19/7/2023).
Angka penerimaan Ganjar – Erick Thohir ini merupakan yang paling tinggi di masyarakat. Berbeda ketika Gubernur Jawa Tengah (Jateng) tersebut dipasangkan dengan kandidat cawapres lainnya.
Ketika Ganjar dipasangkan dengan cawapres lain, angka penerimaan publik terekam menurun. Seperti halnya ketika Ganjar dipasangkan dengan Ridwan Kamil, angka penerimaan masyarakat terekam menurun.
Duet Ganjar-Ridwan Kamil terekam hanya mendapatkan penerimaan sebesar 91 persen. Demikan pula ketika Ganjar dipasangkan dengan Sandi.
Angka penerimaan keduanya menurun drastis ke angka 89 persen. Dengan ini Ganjar-Erick Thohir menjadi pasangan dengan angka penerimaan tertinggi dibandingkan skema pasangan Ganjar lainnya di masyarakat.
“Skor Ganjar-Ridwan Kamil 91 persen. Sementara itu, jika Ganjar-Sandi 89 persen,” ujarnya.
Terakhir, Soeprapto kemudian menjelaskan Ipsos Public Affairs menggunakan standar metodologi sesuai metode ilmiah dan statistika yang berlaku. Sebab, Ipsos selain menjadi anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) juga merupakan anggota Association for Global Research Agency Worldwide (ESOMAR), yakni asosiasi riset internasional yang melakukan audit secara periodik terhadap para anggotanya.
“Telesurvei tersebut dengan melibatkan 2.191 responden dengan margin of error 2,1 persen dan tersebar merata di 34 provinsi di Indonesia untuk memotret dinamika dan perkembangan para tokoh potensial yang akan maju dalam pilpres,” kata Soeprapto.
Untuk diketahui, Ipsos Public Affairs merupakan bagian dari Ipsos, sebuah lembaga riset internasional yang sangat berpengalaman di dunia global. Lembaga yang berkantor pusat di Prancis ini beroperasi di 90 negara, selain dikenal melakukan riset pasar, Ipsos juga melakukan riset sosial politik, termasuk di Indonesia sejak tahun 2008.