Kamis 20 Jul 2023 19:33 WIB

Studi: Penderita Bipolar Enam Kali Lebih Berisiko Alami Kematian Dini

Kematian itu dipicu oleh kecelakaan, kekerasan, dan bunuh diri.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Individu yang didiagnosis memiliki bipolar kemungkinan enam kali lebih besar untuk meninggal lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tidak mengidap gangguan ini./ilustrasi
Foto: www.freepik.com
Individu yang didiagnosis memiliki bipolar kemungkinan enam kali lebih besar untuk meninggal lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tidak mengidap gangguan ini./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Individu yang didiagnosis memiliki bipolar kemungkinan enam kali lebih besar untuk meninggal lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tidak mengidap gangguan ini. Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Mental Health, hal itu dipicu oleh beberapa faktor termasuk kecelakaan, kekerasan, dan bunuh diri.

Studi ini menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki gangguan bipolar dua kali lebih mungkin meninggal karena penyebab somatik (fisik), dengan alkohol sebagai faktor utama.

Baca Juga

“Pertimbangan yang seimbang antara respons terapeutik, potensi efek samping somatik jangka panjang yang serius dari obat-obatan yang berbeda, dan risiko kematian dini yang disebabkan oleh penyebab tertentu sangat diperlukan, terutama pada orang yang lebih muda," kata para peneliti termasuk Dr Tapio Paljarvi dari Rumah Sakit Niuvanniemi di Finlandia.

“Menargetkan intervensi pencegahan untuk penyalahgunaan zat mungkin akan mengurangi angka kematian. Pencegahan bunuh diri tetap menjadi prioritas, dan kesadaran yang lebih baik akan risiko overdosis dan keracunan lainnya diperlukan," jelas Paljarvi seperti dilansir dari Siasat Daily, Kamis (20/7/2023).

Peningkatan risiko kematian dini akibat penyebab apa pun telah dilaporkan secara konsisten pada mereka yang mengalami gangguan bipolar dari beberapa negara. Namun, tidak jelas apakah ada penyebab khusus, atau sejauh mana penyakit somatik berkontribusi terhadap risiko ini.

Untuk memahami hal ini, tim peneliti melacak hasil dari 47.018 orang dengan gangguan bipolar selama delapan tahun. Secara keseluruhan, 3.300 (7 persen) di antaranya meninggal selama periode pemantauan dibandingkan dengan 141.536 orang pada populasi umum, yang setara dengan risiko kematian akibat penyebab eksternal 6 kali lipat lebih tinggi dan risiko kematian akibat penyebab somatik 2 kali lipat lebih tinggi.

Usia rata-rata mereka saat meninggal adalah 50 tahun, hampir dua per tiga (65 persen) dari kematian ini terjadi pada pria. Penyebab kematiannya adalah penyebab somatik sebanyak 61 persen dan penyebab eksternal sebanyak 39 persen.

Di antara 2.027 kematian akibat penyakit somatik, alkohol adalah penyebab terbanyak yaitu 29 persen; diikuti oleh penyakit jantung dan stroke (27 persen); kanker (22 persen); penyakit pernapasan (4 persen); diabetes (2 persen); dan gangguan perilaku yang terkait dengan penyalahgunaan zat lainnya (1 persen). Sisanya, 15 persen, terdiri dari berbagai penyebab lainnya.

Dari 595 kematian terkait alkohol, penyakit hati menyumbang hampir setengahnya (48 persen), diikuti oleh keracunan alkohol yang tidak disengaja (28 persen), dan ketergantungan alkohol (10 persen).

Di antara kematian yang disebabkan oleh faktor eksternal, sebagian besar disebabkan oleh bunuh diri (58 persen), hampir setengahnya (48 persen) disebabkan oleh overdosis obat-obatan kesehatan mental yang diresepkan, termasuk yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement