REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Di tengah berkembangnya era digital, keluhan dry eye atau mata kering juga semakin banyak ditemukan. Meski gejalanya serupa, tak semua penyakit mata kering itu sama.
"Mata kering itu jenisnya banyak, terapinya beda-beda untuk masing-masing jenisnya," ujar dokter spesialis mata dan Ketua Dry Eye Service JEC Eye Hospitals and Clinics, dr Nina Asrini Noor SpM, dalam peringatan Bulan Kesadaran Mata Kering di Rumah Sakit Mata JEC @ Kedoya.
Penyakit dry eye atau mata kering ditandai dengan adanya gangguan pada lapisan air mata akibat beragam faktor. Ketika mata kering terjadi, penderita bisa merasakan keluhan seperti mata merah, muncul rasa kering, perih, atau terbakar pada mata, penglihatan tidak tajam, mudah silau dan sensitif terhadap cahaya, mata berair secara berlebihan, dan mata mudah lelah.
Namun, mata kering tak selalu memunculkan gejala yang signifikan. Bahkan, sebagian penderita mata kering bisa tidak merasakan gejala. "Temuan kami di JEC, hanya 60 persen pasien mata kering yang memiliki gejala," jelas dokter spesialis mata dan Ketua Contact Lens Service JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr dr Tri Rahayu SpM(K) FIACLE.
Menurut Dr Tri, penyakit mata kering terdiri dari tiga tipe. Masing-masing tipe ini membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.
Tipe yang pertama adalah mata kering defisiensi aquos (ADDE). Tipe mata kering ini terjadi ketika produksi air mata oleh kelenjar air mata mengalami penurunan.
Tipe yang kedua adalah mata kering evaporatif (EDE). Pada tipe ini, produksi air mata sebenarnya normal. Akan tetapi, lapisan lipid pada tear film (lapisan air mata) mengalami penurunan. Akibatnya, air mata mengalami penguapan secara berlebih. "Ketiga adalah campuran, kombinasi antara defisiensi aquos dan evaporative," ujar Dr Tri.
Untuk mengetahui tipe mata kering pada pasien, pemeriksaan mata yang komprehensif perlu dilakukan. Beberapa contoh modalitas pemeriksaan untuk mendiagnosis mata kering adalah kuesioner mata kering, Schirmer Test untuk menilai volume air mata, Tear Break Up Time untuk menilai stabilitas air mata, Ocular Surface Staining untuk menilai derajat peradangan, meibography untuk menilai kondisi kelenjar meibom di kelopak mata, dan TearLab Osmometer untuk menilai kadar osmolaritas atau kekentalan air mata.
Dari pemeriksaan yang komprehensif ini, dokter mata dapat memberikan terapi yang sesuai dengan masalah mata kering pada masing-masing pasien. Beberapa contoh terapi yang dapat diberikan adalah air mata buatan dan punctal plug untuk mengatasi masalah volume air mata yang kurang, pemberian obat antiperadangan dan antibiotik dalam bentuk tetes mata untuk mengatasi peradangan dan kemungkinan infeksi, pemberian autologous serum dalam bentuk tetes mata untuk memperbaiki permukaan mata yang mengalami kerusakan, dan E-Eye Intense Pulse Light atau E-Eye IPL untuk memperbaiki kualitas lapisan minyak pada lapisan air mata.