REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Satuan Reserse Kriminal Polresta Bogor Kota berkoordinasi dengan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri, untuk memeriksa kembali barang bukti (barbuk) pembunuhan Andriana Yubelia Noven (18 tahun), siswi SMK Baranangsiang Bogor yang tewas ditikam empat tahun lalu. Salah satu barang bukti yang diperiksa ialah rekaman CCTV di tempat kejadian perkara (TKP).

“(CCTV) salah satunya (yang diperiksa kembali). Semoga dengan kita koordinasi dengan Puslabfor, kita mendapatkan bukti petunjuk atau petunjuk tambahan terkait mengenai dugaan pelaku,” kata Kasat Reserse Kriminal Polresta Bogor Kota, Kompol Rizka Fadhila, Kamis (20/7/2023).

Lebih lanjut, Rizka mengatakan, ada dinas terkait yang akan membantu Polresta Bogor Kota. Baik untuk mengungkap identitas terduga pelaku, maupun penemuan bukti pendukung lain.

“Kita menjalin komunikasi dan sudah koordinasi awal berkaitam dengan penyiapan barbuk. Dari barbuk yang ada, kita cek secara scienfic signification melalui ahli perbantuan di Puslabfor,” kata Rizka.

Dikatakanya, sejauh ini, Polresta Bogor Kota telah memeriksa ulang enam dari 34 saksi dalam kasus ini. Saksi yang diperiksa di antaranya teman, mantan pacar, dan kolega yang bertemu dan tidak bertemu dengan korban dalam kurun waktu kejadian pembunuhan tersebut.

“Tahap sekarang ini untuk memperjelas ataupun memperdalam lagi beberapa keterangan untuk lebih kita mendapatkan terduga pelaku,” ucapnya.

Sebelumnya, diberitakan Polresta Bogor Kota tengah mendalami keterangan 34 saksi pembunuhan Noven yang tewas ditikam empat tahun lalu. Penyidik pun mendatangi saksi-saksi dan keluarga korban untuk melakukan pemeriksaan.

Kasus pembunuhan terhadap Noven terjadi pada 8 Januari 2019. Siswi Kelas XII SMK Baranangsiang itu ditikam sepulang sekolah si sebuah gang di Jalan Riau, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

Kejadian tersebut terekam kamera CCTV di sekitar lokasi kejadian. Kendati demikian, polisi masih kesulitan mengungkap pelaku karena resolusi gambar pada CCTV tersebut terlalu rendah.

Ikuti Whatsapp Channel Republika