Kamis 20 Jul 2023 13:48 WIB

Cina Prioritaskan Hentikan Kunjungan Wapres Taiwan ke AS

Cina meningkatkan tekanan militer dan politik selama tiga tahun terakhir.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ani Nursalikah
 Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memberikan acungan jempol pada kapal perang Tajiang buatan dalam negeri selama upacara peresmian di pangkalan angkatan laut Suao di kabupaten Yilan, Taiwan, Kamis, 9 September 2021. Presiden Taiwan mengawasi peresmian kapal baru di dalam negeri membuat kapal perang angkatan laut Kamis sebagai bagian dari rencana pulau itu untuk meningkatkan kapasitas pertahanan pribumi di tengah meningkatnya ketegangan dengan China. Huruf Cina bertuliskan Kapal Perang Ta Jiang.
Foto: AP/Chiang Ying-ying
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memberikan acungan jempol pada kapal perang Tajiang buatan dalam negeri selama upacara peresmian di pangkalan angkatan laut Suao di kabupaten Yilan, Taiwan, Kamis, 9 September 2021. Presiden Taiwan mengawasi peresmian kapal baru di dalam negeri membuat kapal perang angkatan laut Kamis sebagai bagian dari rencana pulau itu untuk meningkatkan kapasitas pertahanan pribumi di tengah meningkatnya ketegangan dengan China. Huruf Cina bertuliskan Kapal Perang Ta Jiang.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mengambil sikap serius atas upaya Wakil Presiden Taiwan yang akan berkunjung ke Amerika Serikat (AS) bulan depan. Negara ini menyebut upaya menghentikan kunjungan Wakil Presiden Taiwan, William Lai, ke AS merupakan prioritas perhatiannya.

Hal itu disampaikan duta besar Taiwan di Washington, Rabu (19/7/2023), karena Beijing meningkatkan peringatannya terhadap perjalanan tersebut. Cina yang selalu memandang Taiwan sebagai wilayahnya sendiri meningkatkan tekanan militer dan politik selama tiga tahun terakhir.

Baca Juga

Tekanan politik ini untuk mencoba dan memaksa negara pulau itu menerima klaim kedaulatan Beijing, yang ditolak keras oleh pemerintah di Taipei. Sementara itu, Taiwan akan mengadakan pemilihan presiden dan parlemen pada bulan Januari mendatang,

William Lai, merupakan kandidat presiden dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, menjadi yang terdepan dalam sebagian besar jajak pendapat. Lai melakukan persinggahan resmi di Amerika Serikat dalam perjalanannya menuju dan dari Paraguay untuk pelantikan presiden baru negara ini pada 15 Agustus.

"Ini yang memicu kemarahan Beijing, Cina mengecam Lai sebagai seorang separatis," ujarnya

Duta Besar Cina Xie Feng mengatakan kepada Forum Keamanan Aspen bahwa "Taiwan adalah Taiwan-nya Cina" dan negara tersebut menginginkan penyatuan kembali secara damai, tetapi separatis Taiwan memajukan agenda mereka dengan mencari dukungan AS.

"Mereka bahkan tidak mengakui bahwa mereka adalah orang Cina. Jadi ini adalah jalan yang sangat berbahaya yang mereka ambil," kata Xie.

Langkah-langkah provokatif oleh separatis Taiwan harus diatasi. "Sekarang prioritas bagi kami adalah menghentikan Lai Ching-te untuk mengunjungi Amerika Serikat, yang bagaikan badak abu-abu yang menerjang kami," kata Xie, menggunakan nama Lai dalam bahasa Mandarin.

Peristiwa "badak abu-abu" mengacu pada ancaman yang sangat jelas namun diabaikan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan pemerintahannya telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Cina namun ditolak, karena Beijing memandang mereka sebagai separatis.

Baik Tsai maupun Lai mengatakan bahwa hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka. Diplomat tertinggi AS di Taipei mengatakan pada Rabu bahwa tidak ada alasan bagi China untuk mengambil tindakan provokatif dalam menanggapi singgahnya Lai di Amerika Serikat. Transit semacam itu telah terjadi selama bertahun-tahun dan merupakan hal yang rutin.

Pada Agustus dan sekali lagi pada bulan April, Cina menggelar latihan perang berskala besar di sekitar Taiwan, yang memicu kemarahan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, dan pada bulan April, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu dengan Ketua DPR saat ini, Kevin McCarthy di Los Angeles saat ia transit kembali dari kunjungan ke Amerika Tengah.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement