Kamis 20 Jul 2023 15:48 WIB

Musim Kemarau tapi Bandung Justru Terasa Lebih Dingin, Kenapa Ya?

Fenomena suhu dingin di Bandung wajar terjadi saat puncak kemarau.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Friska Yolandha
Kabut tipis menyelimuti wilayah Bandung Raya yang terlihat dari Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Jumat (22/5/2020). Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) melaporkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat kualitas udara di Jawa Barat menunjukkan perbaikan dan perubahan dari sebelum dan sesudah PSBB diberlakukan
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Kabut tipis menyelimuti wilayah Bandung Raya yang terlihat dari Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Jumat (22/5/2020). Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) melaporkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat kualitas udara di Jawa Barat menunjukkan perbaikan dan perubahan dari sebelum dan sesudah PSBB diberlakukan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Kota Bandung mencatat, dalam lima hari terakhir atau 14 Juli 2023-18 Juli suhu minimum Bandung menyentuh 17 derajat celsius, di bawah nilai suhu minimum normal. Kepala BMKG Kota Bandung, Teguh Rahayu menjabarkan, suhu udara dingin belakangan merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi ketika masa puncak kemarau pada Juli-Agustus.

"Pada tanggal 14-18 Juli, BMKG mencatat suhu Kota Bandung sempat mengalami kenaikan dari 19 derajat ke 20 derajat celsius. Namun pada tanggal 18 Juli memang terjadi penurunan suhu ke 17 derajat celsius," jelas perempuan yang kerap disapa Ayu ini, Kamis (20/7/2023).

Baca Juga

Berdasarkan data tersebut, Ayu menjelaskan, terlihat suhu udara minimum mengalami perubahan signifikan pada Selasa, 18 Juli 2023 yakni mencapai 17 derajat celsius. Padahal, nilai suhu minimum normal pada bulan Juli adalah 18,2 derajat Celsius dan pada Agustus nilainya 17,5 derajat Celsius.

Ia memaparkan, suhu dingin ekstrem memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, terutama di malam hari. Saat musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan. Akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal. Sedangkan di malam hari, bumi akan melepaskan energi karena tidak ada awan. Maka dari itu, di malam hari hingga dini hari, radiasi yang disimpan di permukaan bumi akan secara maksimal dilepaskan.

"Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem di malam hingga dini hari," ungkapnya.

Selain itu, menurut Ayu, penyebab tambahan mengapa suhu udara menjadi dingin pada puncak musim kemarau adalah karena adanya musim dingin di wilayah Australia.

(Terdapat pola tekanan udara yang....)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement