Kamis 20 Jul 2023 23:23 WIB

Kebutuhan Infrastruktur Keamanan Digital di Industri Dalam Negeri Meningkat

Kebutuhan terhadap infrastruktur keamanan digital di industri dalam negeri meningkat.

PT ITSEC Asia Tbk (“Perseroan”) menggelar agenda
Foto: Istimewa
PT ITSEC Asia Tbk (“Perseroan”) menggelar agenda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT ITSEC Asia Tbk (“Perseroan”) menggelar agenda “Due Diligence Meeting & Public Expose” dalam rangkaian proses Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) di mana ITSEC Asia akan menjadi perusahaan publik yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kegiatan ini dilakukan perseroan untuk memaparkan kinerja perseroan, prospek bisnis di industri, dan rencana-rencana perseroan ke depannya.

PT ITSEC Asia Tbk merupakan perusahaan penyedia layanan, solusi, dan teknologi keamanan informasi yang menawarkan jasa keamanan siber dalam tiga tahap, yaitu Penilaian, Implementasi, dan Analisis, untuk memastikan perlindungan atas infrastruktur Teknologi Informasi (TI) perusahaan-perusahaan terhadap ancaman siber dengan tetap mematuhi peraturan kepatuhan dari pemerintah. 

Berdiri sejak 2010, ITSEC Asia didirikan dan dibesarkan salah satunya oleh Andri Hutama Putra, seorang pakar keamanan siber dengan 13 tahun pengalaman profesional di bidangnya bersama dengan rekannya yang saat ini juga masuk ke dalam jajaran Management ITSEC Asia.

Dengan wilayah operasional di sejumlah negara dan perkembangan tren digital yang sangat pesat, perseroan memiliki perspektif yang luas tentang perilaku pasar di masa yang akan datang. Perseroan juga melihat potensi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur keamanan digital bagi industri dalam negeri.

“Keamanan informasi merupakan tulang punggung kesuksesan transformasi digital. Dalam berbagai bidang, transformasi digital yang diharapkan membawa banyak kemudahan, efisiensi, peningkatan efektivitas dan output kinerja, perlu ditunjang dengan infrastruktur keamanan siber yang tangguh. Hal ini yang mendorong ITSEC Asia terus berperan aktif dalam membangun ekosistem keamanan siber yang baik, tidak hanya dalam sektor usaha melalui solusi keamanan, namun juga dalam berbagai kegiatan peningkatan literasi keamanan digital bagi masyarakat,” kata Andri Hutama Putra selaku Presiden Direktur ITSEC Asia dalam rilisnya, Kamis (20/7/2023).

Sejalan dengan program pemerintah Indonesia yang saat ini sedang mendorong perkembangan industri digital, perseroan memandang pertumbuhan industri teknologi keamanan siber di Indonesia juga akan meningkat dengan pesat. Tingkat digitalisasi yang tinggi juga meningkatkan risiko serangan siber.

Menurut data dari Frost & Sullivan, sebanyak 49 persen organisasi di Indonesia pernah mengalami serangan siber, merugikan Indonesia sebesar 43,2 miliar dolar AS, atau 3,7 persen dari total PDB Indonesia. Untuk Indonesia, diperlukan strategi dan taktik keamanan siber yang efektif, karena Indonesia merupakan negara ketiga yang paling rentan terhadap serangan malware. 

Dengan penggunaan teknologi yang sangat cepat, potensi serangan siber yang semakin canggih, dan kurangnya tenaga profesional keamanan siber yang berkualitas di industri saat ini, telah memaksa perusahaan untuk menunjuk penyedia layanan keamanan siber untuk membantu mengatasi tantangan ini.

Dengan mengalihdayakan operasi keamanan mereka, organisasi mendapatkan akses ke berbagai layanan keamanan seperti pemantauan keamanan 24x7x365, threat management, respon insiden dan manajemen kepatuhan, serta wawasan dari ahli-ahli keamanan siber yang berpengalaman.

Dalam menjawab berbagai tantangan keamanan siber dalam perusahaan dan organisasi, ITSEC Asia mengembangkan dua layanan utama, yaitu Managed Security Services (MSS) yang terdiri dari Pemantauan Jaringan Perusahaan Terkelola; Pemantauan Keamanan/Pemantauan Keamanan Cloud; Proteksi dan Deteksi Malware Tingkat Lanjut; dan layanan lainnya, serta Professional Security Services (PSS) yang terdiri dari Pengujian Penetrasi & Red Teaming; Keamanan Aplikasi; dan Forensik Digital & Respons Insiden.

Pasar MSS dan adopsi PSS mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tren ini diperkirakan akan berlanjut di tahun-tahun mendatang karena perusahaan-perusahaan semakin sadar akan risiko yang ditimbulkan oleh ancaman siber.

Seiring dengan banyaknya bisnis yang menyimpan data sensitif dan menjalankan operasinya secara daring, kebutuhan akan langkah-langkah keamanan siber yang kokoh menjadi sangat penting. Kedepannya, persyaratan kepatuhan seperti privasi data dan peraturan keamanan siber akan tetap menjadi pendorong utama permintaan solusi layanan keamanan siber.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement