REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Media sosial belakangan ini dihebohkan dengan berita Menteri Luar Negeri (Menlu) Cina, Qin Gang menghilang dari publik. Qin tidak pernah lagi terlihat di publik setelah terakhir muncul bertemu Menlu Rusia, Vietnam, dan Sri Lanka di Beijing pada 24 Juni 2023. Dia juga tidak hadir dalam pertemuan ke-56 Menlu ASEAN (AMM) di Jakarta pada 10-14 Juli 2023.
Posisi Qin Gang digantikan oleh Direktur Kantor Komisi Sentral untuk Urusan Luar Negeri Cina Wang Yi. Adapun Wang Yi merupakan menlu sebelum Cina periode 2013-2022. Berarti sudah hampir sebelum menlu Cina tersebut menghilang dari pantauan media.
"Hilangnya Qin menimbulkan banyak ketidakpastian dan kebingungan atas konsistensi, stabilitas, dan kredibilitas pengambilan keputusan Beijing," kata Direktur Program China di Stimson Center, Yun Sun, dilaporkan Reuters, dikutip Jumat (21/7/2023).
"Jika seorang pemimpin tingkat wakil nasional bisa menghilang begitu saja tanpa banyak penjelasan, orang akan merasa sulit untuk mempercayai dan mengandalkan pemimpin atau pejabat Cina mana pun dan posisi mereka," kata Yun Sun menambahkan.
Ditanya tentang status Qin Gang kapan kembali bertugas, Juru Bicara Kemenle Mao Ning hanya menjawab singkat. "Saya tidak memiliki informasi untuk pertanyaan Anda."
Pemerintah Cina menyampaikan, Wang Yi selaku pendahulu Qin yang dikirim ke Jakarta, juga akan mewakili negaranya pada pertemuan BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan pada 24-25 Juli.
Qin dianggap sebagai bintang yang sedang naik daun di cakrawala politik Cina. Mantan ajudan Presiden Xi Jinping dtersebut iangkat menjadi menteri luar negeri pada Desember 2022, setelah menjabat kurang dari dua tahun sebagai duta besar RRC untuk Amerika Serikat (AS).
Sejak menduduki jabatan menteri luar negeri, dia telah memainkan peran penting dalam mengarahkan hubungan AS-Cina yang sulit, dengan bertemu Menlu AS Antony Blinken di Beijing pada Juni lalu. Hal itu merupakan kunjungan pertama menlu AS ke Cina dalam lima tahun terakhir.
Sementara itu, pencarian untuk nama 'Qin Gang' di mesin pencari Baidu telah meningkat 28 kali lipat dalam sepekan terakhir menjadi lebih dari 380 ribu per hari, menurut data platform. Ketidakhadiran Qin juga telah banyak dibahas dalam komunitas diplomatik, dengan beberapa mengatakan itu adalah contoh lain dari kurangnya transparansi pemerintah Cina.
Pada awalnya, Kemenlu Cina sempat mengatakan ketidakhadiran Qin di berbagai acara, karena "alasan kesehatan". Tetapi, penjelasan itu akhirnya dihilangkan dari pernyataan resmi. Aljazeera melaporkan, kurangnya transparansi telah memicu serangkaian spekulasi baik di dalam maupun di luar Cina, termasuk rumor yang belum terbukti kebenarannya bahwa Qin tidak lagi disukai oleh Presiden Xi.
Adapun di media sosial, khususnya Twitter, Qin dilaporkan dicopot dari posisi menlu karena memiliki affair dengan seorang reporter Fu Xiaotian. Hanya saja, berita itu belum terkonfirmasi dan ramai dibincangkan warganet setelah video keduanya ketika wawancara beredar luas.