REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energi Tbk (PGE) Julfi Hadi menyampaikan perseroan akan mengoptimalkan potensi panas bumi yang ada di Indonesia sebesar 1 Giga Watt (GW) dalam jangka dua tahun ke depan.
"Saat ini, PGE sudah mengidentifikasi potensi kapasitas terpasang tambahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) existing. Inilah sebabnya 1 GW menjadi immediate goal (tujuan jangka pendek) PGE yang akan dicapai dalam dua tahun ke depan," ujar Julfidalam keterangan di Jakarta, Jumat (21/7/2023).
Julfi menjelaskan, terdapat beberapa langkah yang akan dilakukan PGE untuk memanfaatkan peluang komersialisasi energi panas bumi. Di antaranya perseroan melakukan utilisasi uap dan brine (selain untuk listrik) untuk berbagai keperluan masyarakat seperti geowisata dan pemanasan langsung (direct heating).
Kemudian, perseroan juga memiliki rencana komersialisasi green hydrogen dan green methanol untuk Pembangkit Listrik Siklus Biner (Binary Cycle Power Plants). Untuk rencana itu, PGE sedang meneliti potensi ekstraksi silika dari proses pengolahan brine berlebih untuk produk bernilai tambah seperti semikonduktor dan gelas.
"Selain itu, kami juga meningkatkan interkoneksi antara lokasi produksi geothermal dan secondary product di Sumatra," ujar Julfi dalam sesi Discussion on the Dispatchable Renewable Energy Development in Indonesia: Geothermal pada acara EBTKE ConEx 2023.
Sebagai world class green energy company, lanjut Julfi, ke depan PGE berkomitmen untuk terus memaksimalkan potensi panas bumi di Indonesia, serta mendukung pemerintah dalam agenda dekarbonisasi nasional dan global untuk menunjang Indonesia Net Zero Emission (NZE) 2060.
Dia melanjutkan, perseroan akan mengoptimalkan sumur geothermal dengan suhu rendah agar bisa menghasilkan listrik. Caranya, PGE menggunakan teknologi binary dan ESP (Electrical Submersible Pump) pada Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP).