Sabtu 22 Jul 2023 05:15 WIB

Korsel: Rezim Korut Bakal Berakhir Jika Senjata Nuklir Digunakan

AS mengirim kapal selam nuklir ke Korsel.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
 Sebuah foto tak bertanggal yang dirilis pada 10 Oktober 2022 oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) resmi menunjukkan unit Tentara Rakyat Korea (KPA) untuk operasi nuklir taktis menggelar latihan militer yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai pencegah perang dan kemampuan serangan balik nuklir negara tersebut, di tengah latihan militer gabungan yang sedang berlangsung yang melibatkan pasukan AS dan Korea Selatan di perairan dekat Semenanjung Korea. Korea Utara melakukan latihan dari 25 September hingga 09 Oktober, dan meluncurkan beberapa rudal balistik untuk menguji kemanjuran kemampuan persenjataan nuklir taktis negara tersebut.
Foto: EPA-EFE/KCNA
Sebuah foto tak bertanggal yang dirilis pada 10 Oktober 2022 oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) resmi menunjukkan unit Tentara Rakyat Korea (KPA) untuk operasi nuklir taktis menggelar latihan militer yang dilakukan untuk memeriksa dan menilai pencegah perang dan kemampuan serangan balik nuklir negara tersebut, di tengah latihan militer gabungan yang sedang berlangsung yang melibatkan pasukan AS dan Korea Selatan di perairan dekat Semenanjung Korea. Korea Utara melakukan latihan dari 25 September hingga 09 Oktober, dan meluncurkan beberapa rudal balistik untuk menguji kemanjuran kemampuan persenjataan nuklir taktis negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Aliansi Korea Selatan dan negara sekutunya, termasuk Amerika Serikat (AS) akan menanggapi sangat serius jika akhirnya Korea Utara memutuskan penggunaan senjata nuklir untuk melawan aliansi Seoul. Kementerian Pertahanan Korea Selatan, pada Jumat (21/7/2023), menegaskan jika langkah nuklir itu diambil Pyongyang, maka itu akan menjadi akhir dari status negara Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) atau Korea Utara.

"Jika terjadi serangan nuklir Korea Utara terhadap aliansi Korea Selatan-AS, maka Pyongyang akan menghadapi balasan yang cepat, besar dan tegas dari aliansi tersebut, dan melalui hal ini, (kami) memperingatkan dengan tegas bahwa (serangan) tersebut akan mengakibatkan berakhirnya rezim Korea Utara," ujar kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Peringatan tersebut muncul setelah Menteri Pertahanan Korea Utara Kang Sun-nam mengeluarkan pernyataan pada Kamis, (20/7/2023), yang mengatakan bahwa panggilan kapal selam nuklir AS di pelabuhan Busan, Korea Selatan, dapat menjadi syarat bagi Pyongyang untuk menggunakan senjata nuklir juga.

USS Kentucky, merupakan kapal selam rudal balistik nuklir yang berlabuh di pelabuhan Busan, Korea Selatan, pekan ini saat Kelompok Konsultasi Nuklir Korea Selatan-AS mengadakan pertemuan perdananya. Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dikabarkan sempat ikut naik ke dalam kapal selam itu.

Presiden AS Joe Biden dan mitranya dari Korea Selatan mengadopsi Deklarasi Washington pada bulan April, yang menetapkan langkah-langkah untuk menunjukkan kemampuan pencegahan. Langkah-langkah itu termasuk kunjungan rutin kapal selam rudal balistik nuklir AS, kapal induk, dan pesawat pengebom ke Korea Selatan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement