REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) memberikan sebanyak 55 unit komputer pribadi untuk dua lembaga pendidikan Islam atau dayah di Provinsi Aceh. Hal ini dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan berbasis teknologi digital.
Anggota Badan Pelaksana BPKH Amri Yusuf di Aceh Besar, Aceh, mengatakan pihaknya memberikan bantuan komputer atau laptop sebanyak 25 unit untuk Dayah Zuhratul ‘Aziziyah dan 35 unit untuk Dayah Asaasunnajah di Kabupaten Aceh Besar.
“Kita berharap adik-adik kita yang sekarang lagi nyantri, proses belajar mengajar bisa lebih efektif dan mereka bisa mengikuti tren perkembangan digital dalam dunia pendidikan,” kata Amri pada Kamis (20/7/2023).
Ia menjelaskan, bantuan tersebut merupakan program kemaslahatan BPKH untuk mendukung penguatan dan peningkatan kualitas pendidikan. Penggunaan bantuan ini diharapkan dapat lebih optimal dalam rangka meningkatkan kualitas belajar mengajar di dua dayah itu.
Apalagi, kata dia, laboratorium komputer tersebut juga akan memudahkan para santri apabila ada ujian praktikum terkait teknologi informasi dan komunikasi, atau bahkan dalam mengikuti ujian nasional berbasis komputer.
“Kita berharap bantuan ini bisa memotivasi dua dayah ini untuk bisa lebih berkembang dan lebih maju, dan menjadi model dalam proses belajar mengajar di lingkungan dayah di Aceh,” ujarnya.
Menurut Amri, saat ini semua lembaga pendidikan telah mengadopsi tren digitalisasi sebagai salah satu instrumen pendidikan, apalagi lembaga pendidikan umum dan swasta yang memang sudah sangat akrab dengan teknologi digital.
Atas dasar itu, kata Amri, program pendidikan di lingkungan dayah di Aceh yang lahir dari swadaya masyarakat juga harus melakukan hal yang sama, dengan tidak lagi menerapkan belajar mengajar secara konvensional tetapi mengarah kepada penggunaan teknologi digital.
“Kita melihat Aceh ini unik, masyarakat cukup kuat religiusitasnya, maka program batuan komputer ini diharapkan bisa membantu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar,” ujarnya.
Apalagi ke depan, banyak tantangan yang harus dihadapi para generasi penerus bangsa. Banyak keterampilan-keterampilan lama yang sudah usang dan tidak bisa digunakan lagi untuk menjemput masa depan.
“Dengan perkembangan teknologi digital ini, maka ada teknologi baru yang mereka harus miliki sehingga mereka bisa tetap relevan, tetap eksis, sehingga ketika masuk dunia kerja maka mereka lebih siap,” ujarnya.