Sabtu 22 Jul 2023 09:14 WIB

Setelah Penanganan 14 Hari, Masa Tanggap Darurat Bencana Semeru Berakhir

Kondisi wilayah terdampak bencana sudah jauh lebih baik.

Red: Yusuf Assidiq
Warga melihat kondisi Jembatan Kali Glidik di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Senin (10/7/2023). Jembatan penghubung Malang-Lumajang tersebut putus akibat diterjang lahar hujan Gunung Semeru pada Jumat (7/7).
Foto: Antara/Irfan Sumanjaya
Warga melihat kondisi Jembatan Kali Glidik di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Senin (10/7/2023). Jembatan penghubung Malang-Lumajang tersebut putus akibat diterjang lahar hujan Gunung Semeru pada Jumat (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang Agus Triyono menyatakan masa tanggap darurat bencana banjir lahar dingin Gunung Semeru dan tanah longsor di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, telah usai.

"Alhamdulillah, tugas kemanusiaan pada masa tanggap darurat bencana selama 14 hari telah kami laksanakan," kata Agus Triyono.

Dikatakan segala upaya penanganan telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Lumajang dan seluruh jajaran TNI/Polri serta para sukarelawan. Termasuk perbaikan sejumlah sarana infrastruktur yang rusak akibat bencana banjir lahar dingin Semeru dan longsor.

"Kondisi wilayah terdampak bencana sudah jauh lebih baik pascaterjadi bencana, meskipun masih menyisakan beberapa catatan untuk pembersihan material banjir lahar dingin dan perbaikan infrastruktur," tegasnya.

Agus mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan bencana, baik instansi maupun organisasi masyarakat yang juga berperan penting selama masa tanggap darurat bencana.

"Terima kasih atas segala daya upaya, kerja keras, dan solusi yang telah diberikan dalam mempercepat proses penanganan. Insya Allah kesehatan dan keberkahan senantiasa Allah SWT curahkan kepada kita semua," kata dia.

Ia menyebutkan ada tujuh kecamatan yang terdampak bencana banjir lahar dingin Semeru dan tanah longsor, yakni Kecamatan Tempursari, Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Tempeh, Pasrujambe, dan Senduro.

Dalam bencana tersebut terdapat 26 rumah, satu sekolah, satu masjid, dua tempat usaha, empat tanggul, dan enam jaringan air bersih mengalami kerusakan.

Bencana banjir lahar dingin Semeru itu juga mengakibatkan sembilan jembatan putus, satu jembatan tertutup material, dan empat jembatan mengalami kerusakan.

Selain itu, sekitar 400 hektare lahan pertanian terdampak banjir lahar dingin Semeru dan delapan kambing mati terseret derasnya aliran banjir bandang lahar dingin Semeru.

Untuk bencana tanah longsor tercatat tiga orang meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor. Tiga korban itu merupakan satu keluarga atas nama Galih Adi Perkasa (23), Candra Agustina (20), dan Galang Naendra Putra (4 bulan), warga Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement