REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang diisi Partai Gerindra dan PKB belum memutuskan pasangan untuk Pilpres 2022. Padahal, KKIR jadi satu-satunya koalisi yang memiliki dua tiket emas untuk maju di Pilpres.
Pengamat politik, Yusak Farchan menilai, sosok Muhaimin Iskandar tentu memiliki kelebihan maupun kekurangan. Sayangnya, sosok Ketua Umum PKB itu dirasa belum meyakinkan untuk dipasangkan dengan Prabowo Subianto.
Yusak merasa, ada semacam ketidakpercayaan dari Partai Gerindra kalau pasangan yang diusung KKIR merupakan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar. Terbukti, sampai saat ini masih belum ada deklarasi pasangan dari KKIR.
Kalau percaya diri bisa menang, ia menegaskan, tentu pasangan capres-cawapres sudah dideklarasi KKIR sejak lama. Sejauh ini, elektabilitas Cak Imin sebagai cawapres kurang kompetitif dibanding nama-nama lain.
"Apalagi, dibandingkan cawapres lain seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno atau Ridwan Kamil, ini yang membuat Gerindra agak kurang percaya diri," kata Yusak kepada Republika, Ahad (23/7).
Sekalipun, ia mengingatkan, PKB merupakan partai politik (parlemen maupun non-parlemen) yang mau bergabung ke Partai Gerindra. Tapi, Gerindra dirasa belum yakin bila menggandeng Cak Imin untuk Pilpres.
Maka itu, Direktur Eksekutif Citra Institute itu berpendapat, KKIR maupun koalisi-koalisi lain akan melakukan penetapan cawapres pada waktu-waktu akhir. Termasuk, cawapres yang dampingi Ganjar Pranowo.
"Semua masih menahan, semua masih menyimpan, bursa cawapres masih sangat dinamis," ujar Yusak.
Dekan Fisip Universitas Sutomo itu menambahkan, kondisi itu mendorong PKB terus melakukan komunikasi politik dengan partai-partai lain. Yusak menilai, komunikasi akan berkurang jika posisi Cak Imin sudah terjamin.
"Masih sangat cair sekali bursa cawapres di semua poros koalisi, bukan cuma di Pak Prabowo, tapi di Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan," kata Yusak.