Ahad 23 Jul 2023 18:51 WIB

Sri Lanka Pertimbangkan Gunakan Mata Uang India

Penggunaan mata uang India, Rupee ini akan mempermudah transaksi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Sri Lanka sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk mengizinkan penggunaan rupee mata uang India untuk transaksi lokal.
Foto: EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
Sri Lanka sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk mengizinkan penggunaan rupee mata uang India untuk transaksi lokal.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Sri Lanka sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk mengizinkan penggunaan rupee mata uang India untuk transaksi lokal. Kolombo berjuang untuk membangun cadangan devisa yang terkuras dan bangkit dari krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun lalu.

Menteri Luar Negeri Sri Lanka Ali Sabry mengatakan pada Sabtu (22/7/2023), langkah untuk mengizinkan penggunaan mata uang India ini akan mempermudah transaksi. Turis dan pihak berkepentingan lain dari India dapat langsung menggunakan rupee India tanpa harus melalui kerumitan konversi berbagai mata uang.

Baca Juga

Sri Lanka mengimpor banyak barang dari India, termasuk makanan, obat-obatan, bahan bangunan, mobil, pupuk, dan bahan kimia. Perdagangan antara kedua negara mencapai 5,45 miliar dolar AS pada 2021.

Sabry mengatakan, menerima rupee India akan menjadi keuntungan bagi Sri Lanka, karena ketidakseimbangan perdagangan antara kedua negara menguntungkan India. “Kami membutuhkan lebih banyak mata uang India, sehingga lebih banyak orang India datang ke sini dan membelanjakan mata uang India baik bagi kami,” katanya kepada wartawan sehari setelah mengunjungi India bersama Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe.

Selama kunjungan tersebut, India dan Sri Lanka menandatangani serangkaian perjanjian energi, pembangunan, dan perdagangan. Kesepakatan itu menandakan hubungan ekonomi yang tumbuh antara negara tetangga.

Hubungan antara kedua negara melonjak tahun lalu ketika Sri Lanka terperosok dalam krisis ekonomi terburuk dalam sejarah modern. Kondisi Kolombi dipicu oleh krisis mata uang asing yang parah, membuat barang-barang penting habis dan warga mengantre untuk bahan bakar selama berhari-hari.

Sri Lanka juga menangguhkan pembayaran utang luar negeri tahun lalu. India memberikan bantuan keuangan dan kemanusiaan senilai lebih dari empat miliar dolar AS kepada tetangganya, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

India juga merupakan kreditur pertama yang memberikan surat dukungan terhadap upaya restrukturisasi utang Sri Lanka. Tindakan ini membantu memulai dukungan dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyetujui paket bailout senilai tiga miliar dolar AS pada Maret.

Total utang Sri Lanka telah melampaui 83 miliar dolar AS. Sebesar 41,5 miliar dolar AS berasal dari luar negeri dan 42,1 miliar dolar AS berasal dari dalam negeri. Sri Lanka kini telah memulai proses restrukturisasi utangnya.

Lokasi strategis Sri Lanka di Samudera Hindia telah lama menarik perhatian dari rival regional India dan Cina. Selama bertahun-tahun, pinjaman mengalir bebas dan investasi infrastruktur dari Beijing membantunya mengungguli New Delhi dalam upaya mencari pengaruh.

Tapi keruntuhan ekonomi negara itu memberi New Delhi kesempatan untuk mengayunkan pendulum kembali menguntungkannya, terutama karena Beijing menunda dukungannya untuk restrukturisasi utang. Cina memiliki sekitar 10 persen dari utang luar negeri Sri Lanka.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement