REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengancam akan menjatuhkan sanksi pada Uni Emirat Arab (UEA).
Putra Mahkota mengancam akan memblokade Uni Emirat Arab lebih buruk dari pada saat Riyadh memblokade Qatar.
Menurut surat kabar Wall Street Journal (WSJ), Mohammed bin Salman mengatakan kepada wartawan dalam pengarahan off-the-record pada Desember lalu, bahwa dia telah mengirim UEA daftar tuntutan dan memperingatkan negara tetangga itu.
Dia akan memberlakukan tindakan serius jika UEA terus menyaingi posisi kebijakan utama Arab Saudi di wilayah tersebut dan di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+).
“Ini akan lebih buruk daripada apa yang saya lakukan dengan Qatar," kata Putra Mahkota dilaporkan, mengacu pada embargo 2017 di Qatar yang dipimpin Riyadh, bersama dengan negara-negara Teluk lainnya seperti UEA dan Bahrain, dan yang baru dicabut pada 2021 lalu.
Mohammed Bin Salman dilaporkan mengatakan kepada jurnalis Arab Saudi, “UEA telah menikam kami dari belakang, memperingatkan bahwa Abu Dhabi akan melihat apa yang bisa saya lakukan.”
Putra Mahkota Arab Saudi dan Mohammed bin Zayed dari UEA telah lama dilaporkan menjadi rival satu sama lain dalam hal tujuan kebijakan luar negeri di wilayah tersebut, terutama di Yaman, di mana keduanya telah mengambil tindakan militer terhadap pemberontak Houthi tetapi, pada saat yang sama, bersaing untuk kepemimpinan atas yang lain.
Riyadh dan Abu Dhabi juga memiliki perbedaan dalam OPEC+, di mana keduanya adalah anggota tetapi Arab Saudi mengambil peran utama.
Baca juga: Ketika Kabah Berlumuran Darah Manusia, Mayat di Sumur Zamzam, dan Haji Terhenti 10 Tahun
Kembali pada Oktober tahun lalu, UEA telah menuduh tetangganya memaksanya untuk menyetujui pemotongan produksi minyak pada pertemuan besar OPEC, yang menyebabkan Emirat mengancam untuk menarik diri dari organisasi tersebut.
Terlepas dari ancaman dari kedua belah pihak, kedua negara dan sekutu telah berhasil mencegah perselisihan mereka meningkat dan sebagian besar mencegahnya bocor ke pers atau lingkaran diplomatik.
Menurut WSJ, bagaimanapun, mengutip sumber anonimnya, ketegangan terus berlanjut sedemikian rupa sehingga bin Salman dan bin Zayed tidak berbicara selama lebih dari enam bulan.
Sumber: middleeastmonitor